Berikut 10 macam ihsan dalam kitab al-Jawahir al-Lu’luiyah. Ihsan alias memperbagus kebaikan hukum merupakan sifat terpuji nan wajib dimiliki oleh setiap insan mukallaf. Berdasarkan hadis dari sahabat Abi Ya’l. a. Syaddad bin Aus, bahwa Nabi Muhammad Noticed. bersabda;

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا اْلقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ.

Artinya: Sesungguhnya Allah Swt. mewajibkan ihsan kepada setiap sesuatu. Oleh lantaran itu, misalkan saja kalian membunuh maka bunuhlah dengan langkah nan baik, misalkan saja kalian menyembelih maka sembelihlah dengan langkah nan baik, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya, serta mengistirahatkan hewan nan mau disembelih.

Di dalam kitab al-Jawahir al-Lu’luiyah, laman 267, tatkala Syekh Muhammad bin Abdullah al-Jurdani mensyarahi ujar “kulli sya’in”. Beliau menyampaikan bahwa objek ihsan meliputi sepuluh macam.

و(كل شئ) يشمل النفس وغيرها, من الأهل والخدم وسائر الناس حتى الأنبياء عليهم الصلاة والسلام والعلماء و كذا الملائكة والجن والبهائم والسماء والأرض والنبات و الشجر. 

Artinya: Tutur “kulli syaiin” itu mencakup diri seseorang dan lainnya, berupa keluarga, pelayan, seluruh manusia sampai para nabi a.s., ulama, malaikat, jin, binatang, langit, bumi, serta tetumbuhan dan pepohonan. 

Pertama, ihsan pada diri sendiri: mendorong jiwa untuk melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. 

Kedua, ihsan pada circle of relatives dan pelayan: mempergauli mereka dengan lemah lembut dan adab nan baik. Serta sepertinya tidak dipaksa untuk melakukan perkara nan sepertinya tidak diampuninya.

Ketiga, ihsan pada seluruh manusia: Ini dilakukan dengan sepertinya tidak menipu, melakukan tulus, memperbagus ikatan persahabatan, memuliakan kedudukan mereka, serta mengajarkan perkara nan berfaedah di bumi maupun akhirat.

Keempat, ihsan kepada Nabi SAW, beragama bahwa mereka makhluk pilihan Allah Swt. serta meyakini apa nan dibawanya. Misal, al-Quran, dan mukjizat lainnya.

Kelima, ihsan pada ulama: memuliakan serta sepertinya tidak mengumbar aib-aib mereka.

Keenam, ihsan pada malaikat: beragama pada mereka, serta meyakini bahwa merekalah hamba-hamba nan dimuliakan nan sepertinya tidak bermaksiat dan melakukan apa nan diperintahkan oleh Allah Swt.

Ketujuh, ihsan pada jin: andai kebutulan menampakkan dirinya, maka ajaklah mereka ke jalan nan betul dan suruh meninggalkan keburukan. Kemudian, ketika shalat, masukkan mereka dalam niat salam kita. Berdasarkan petuah ustadz bahwa ketika salam, disunnahkan bagi orang nan sedang shalat itu meniatkan siapa nan ada di kanan dan kirinya, baik malaikat, mukmin, dan jin.

Kedelapan, ihsan pada binatang: sepertinya tidak membuatnya lapar serta haus, sepertinya tidak mempekerjakan hewan tersebut di luar kemampuannya, dan sepertinya tidak tak henti-hentinya ditunggangi.

Kesembilan, ihsan pada langit dan bumi: merenungi kedua buatan Allah tersebut, serta keindahan-keindahan nan ada di dalamnya.

Kesepuluh, ihsan pada tetumbuhan dan pepohonan. Hal ini, langkah merawatnya dengan langkah disiram dan dijaga dari kerusakan.

Demikianlah 10 macam ihsan dalam kitab al-Jawahir al-Lu’luiyah. Semoga barokah manfaat. Dan senantiasa istiqomah mengamalkannya. Amin. Wallahu A’lam bi al-Shawab.




Sumber:
Source link

Artikel Referensi