– Ini dia argumen boleh puasa 9 10 dan 11 Muharram. Pada umumnya, orang-orang hanya melakukan puasa ketika hari Asyura’ (tanggal 10 Muharram), tetapi terkadang ada nan beberapa juga melakukan puasa di kemarin juga, ialah tanggal 9 Muharram, alias nan biasa disebut puasa tasu’a.
Entah lantaran sepertinya tidak sempat berpuasa, alias justru mereka belum tahu bahwa sunnah juga berpuasa di kemarin. (Baca juga: Ini Cara Niat Puasa Muharram Lengkap, Bertepatan 20 Agustus 2020)
Dengan begitu berapa orang bertanya-tanya, bolehkah berpuasa hanya pada tanggal 10 Muharram saja. Permasalahan ini dijawab oleh Imamuna Al-Syafi’i al-Mutthallibi, dijelaskan;
وَظَاهِرُ مَا ذَكَرَهُ مِنْ تَشْبِيهِهِ بِيَوْمِ الْجُمُعَةِ أَنَّهُ يُكْرَهُ إفْرَادُهُ لَكِنْ فِي الْأُمِّ: لَا بَأْسَ بِإِفْرَادِهِ اهـ. شَرْحُ م ر.
Dihukumi makruh, andai kita hanya berpuasa pada hari Asyura’ saja, sama halnya ketika kita hanya berpuasa di hari Jum’at, tanpa menyambungnya dengan kemarin alias sesudahnya. Hanya saja menurut Imam Syafi’i, berpuasa di hari Asyura saja itu boleh-boleh saja.
Tetapi, beberapa ulama’ ada nan menganjurkan puasa pada tanggal 9 dan 11. Berikut penjelasannya;
(قَوْلُهُ: وَتَاسُوعَاءُ) … إلى أن قال… وَالْحِكْمَةُ فِي صَوْمِهِ مَعَ عَاشُورَاءَ الِاحْتِيَاطُ لَهُ لِاحْتِمَالِ الْغَلَطِ فِي أَوَّلِ الشَّهْرِ وَلِمُخَالَفَةِ الْيَهُودِ فَإِنَّهُمْ يَصُومُونَ الْعَاشِرَ وَحْدَهُ وَلِلِاحْتِرَازِ مِنْ إفْرَادِهِ كَمَا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلِذَلِكَ يُسَنُّ أَنْ يَصُومَ مَعَهُ الْحَادِيَ عَشَرَ إنْ لَمْ يَصُمْ التَّاسِعَ بَلْ فِي الْأُمِّ وَغَيْرِهَا: أَنَّهُ يُنْدَبُ صَوْمُ الثَّلَاثَةِ لِحُصُولِ الِاحْتِيَاطِ بِهِ
Hikmah dianjurkan puasa Tasu’a (9 Muharram) adalah bahwa ditakutkan terjadi kesalahan dalam awal bulan, dengan begitu dalam rangka berhati-hati, kita berpuasa. Selain itu, ini juga berfaedah sebagai pembeda antara golongan kita dengan Orang Yahudi nan hanya berpuasa di hari Asyura’ saja.
Dan juga lantaran untuk menghindari hanya berpuasa di hari Asyura’ saja, seperti halnya dalam konteks puasa di hari jumat saja (yang mana hukumnya makruh). Oleh karenanya sunnah juga berpuasa pada tanggal 11 Muharram, meski demikian dia sepertinya tidak puasa di tanggal 9.
Bahkan menurut Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm dan literatur lainnya, bahwasanya sunnah untuk berpuasa di ketiga hari tersebut, ialah 9, 10 dan 11 Muharram. Agar agar betul-betul terealisasi kehati-hatian kita, dengan begitu kita juga berpuasa di hari tersebut.
Dan bahkan, menurut Hujjat al-Islam, Imam Al-Ghazali, Kita disunnahkan untuk berpuasa pada hari-hari sebelum Tasu’a, ialah mulai tangal 1.
Dengan demikian, lakukan puasa nan sebisanya saja. Tetapi alangkah baiknya andai dirubah dengan amalan-amalan lainnya nan disunnahkan di bulan muharram, terkhusus hari Asyura. Semisal bersedekah, menambah porsi nafkah keluarga, menziarahi orang saleh, memberikan takjil bagi orang puasa, dan lain-lain.
Keterangan ini disarikan dari kitabnya Syekh Sulaiman Jamal nan berjudul Futuhat al-Wahhab bi taudih syarh manhaj al-thullab, alias nan biasa dikenal dengan titel Hasyiyah al-Jamal Juz 2 hal. 347. Keterangan serupa juga dapat ditemui di Hawasyi Syarwani Juz 3 Hal. 456, dan Nihayat al-Muhtaj karya Syamsuddin Al-Ramli Juz 3 Hal. 208.
Demikian penjelasan mengenai argumen boleh puasa 9, 10, dan 11 Muharram. Wallahu a’lam bi al-Shawab. (Baca: Membatalkan Puasa Asyura Karena itu Uzur, Apakah Boleh Diqadha di Hari Lain?)
Sumber:
Source link