. – Selain puasa, ada sejumlah kesunahan nan ada berkah hari Asyura alias 10 Muharram. Misal, zikir dan membaca Al-Quran. Namun Kesunahan nan paling utama di hari Asyura adalah membahagiakan keluarga. Hal ini sebagaimana ungkapan Syekh Ali Jum’ah.
ومن أهم هذه الوظائف: اجتماع الأسرة ، واجعلوها فرصة للقاء العائلة
“Yang paling urgen dari kesunnahan ialah berkumpulnya circle of relatives dan menjadikan hari Asyura sebagai kesempatan untuk pertemuan keluarga”.
Keistimewaan nan terperoleh lantaran membahagiakan circle of relatives di hari Asyura ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad, nan meski lemah, namun cukup banyak jalan periwayatannya nan menopang satu sama lain.
Adapun hadisnya semisal diriwayatkan oleh Jabir sebagaimana tercatat dalam kitab Syarah Shahih al-Bukhari Ibnu Batthal juz 4 laman 145.
عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَسَّعَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Dari Abi Zubair, dari Jabir. Ia berbicara bahwa pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Barang siapa nan membahagiakan dirinya dan anggota family di hari Asyura maka Allah bakal melapangkan hidupnya di sisa tahun tersebut”.
Adapun nan dimaksud dengan melapangkan adalah membahagiakan. Mengingat itu, ustadz salaf acap kali menafsiri memberi nafkah dengan lebih sebagai bentuk membahagiakan keluarga.
Namun andai kita pahami, maka nan dimaksudkan melapangkan adalah membahagiakannya dengan corak apapun. Syekh Ali Jum’ah berkata.
, وتكون التوسعة بإدخال السرور على أهلك
“Juga ada apa melapangkan itu dengan langkah memasukkan kebahagiaan atas anggota family”.
Terlepas dari itu, membahagiakan circle of relatives di hari Asyura menjadi spesial juga menyebabkan ditopang dengan bukti-bukti empiris berupa eksperimen-eksperimen dari kalangan ustadz – selain lantaran landasan Nabi.
Sebut saja, Jabir nan meriwayatkan sabda tersebut telah membuktikannya. Abu Zubair, Abdullah bin Mas’ud, Syu’bah, Yahya bin Sa’{id} dan juga Imam Sufyan. Alasan ini dia nan kemudian membawa mantan Mufti Dar al-Ifta, Syekh Ali Jum’ah menandaskan bahwa kesunahan nan paling spesial di hari Asyura adalah membahagiakan keluarga.
Selain itu, beliau juga mengisahkan gimana ustadz Abdullah bin Mubarak berkali-kali melakukan observasi mengenai sabda Nabi tersebut. Beliau menyebut.
فسيدنا عبد الله بن المبارك -وهو من السلف الصالح- كان يقول : جربته ستين عاما فوجدته صحيحا. يعني يوسع في عام على أولاده فيوسع الله عليه , ثم يتركه عاما فيجد أن الأمر قد تغير وهناك تضييق ، فيكرر الأمر ليتأكد فيظل الحال كما هو ، ثم يعود فيوسع على أهله وعياله فيجد من الخير والبركة ما الله به عليم
“Tuan kami, Abdullah bin al-Mubarak – termasuk kalangan salafus salih – bertutur. Saya melakukan observasi sepanjang bertahun-tahun (kebenaran dari sabda Nabi nan menyampaikan bahwa membahagiakan circle of relatives di hari Asyura dapat membikin senang di sisa tahunnya). Maka saya merasakan kebenaran dari sabda itu. Artinya, dia melapangkan kepada anak-anaknya di hari Asyura pada suatu tahun maka Allah Pun melangapangkan dirinya di sisa tahun tersebut.
Di tahun berikutnya, saya sepertinya tidak melakukannya maka saya merasakan kesulitan daripada tahun sebelumnya. Ia pun melakukan secara berkali-kali untuk menghasilkan suatu konklusi nan kuat dan kondisinya terus demikian. Maka, Abdullah bin Mubarak terus melakukan kebaikan kepada anggota family dengan begitu dia senantiasa mendapat kebaikan dan keberkatan”.
Selain kisah tersebut, Syekh Ali Jum’ah bertambah yakin lantaran beliau rupanya melakukan perihal nan sama sepanjang 43 tahun sebagaimana pengakuan beliau.
وأنا شخصيا جربته 43 سنة فوجدته صحيحا والحمد لله رب العالمين
“Saya sendiri telah membuktikan sepanjang 43 tahun nan mana saya mengalami kebenarannya. Alhamdulillah”.
Sumber:
Source link