– Salah seorang perempuan bertanya langkah bersuci dari menstruasi nan juga sekaligus junub. Konteksnya, dia sedang menstruasi lampau lantaran satu dan lain perihal dia keluar mani nan mana mewajibkan atas seseorang untuk mandi wajib. Lalu bagaimanakah langkah mandi junub dan menstruasi nan serentak? Apakah mandi wajib untuk junubnya kemudian setelah haidnya selesai dia mandi wajib lagi untuk bersuci dari haidnya?
Berkaitan dengan persoalan gimana langkah mandi junub dan menstruasi serentak, Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm juz 1 laman 61 secara gamblang menjelaskan bahwa wanita nan merasakan junub dan belum sempat mandi wajib lampau datang haid, maka bersucinya cukup sekali ialah mandi wajib alias bersuci lantaran haidnya kelak ketika selesai.
(قَالَ الشَّافِعِيُّ): إذَا أَصَابَتْ الْمَرْأَةَ جَنَابَةٌ ثُمَّ حَاضَتْ قَبْلَ أَنْ تَغْتَسِلَ مِنْ الْجَنَابَةِ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا غُسْلُ الْجَنَابَةِ وَهِيَ حَائِضٌ؛ لِأَنَّهَا إنَّمَا تَغْتَسِلُ فَتَطْهُرُ بِالْغُسْلِ وَهِيَ لَا تَطْهُرُ بِالْغُسْلِ مِنْ الْجَنَابَةِ وَهِيَ حَائِضٌ فَإِذَا ذَهَبَ الْحَيْضُ عَنْهَا أَجْزَأَهَا غُسْلٌ وَاحِدٌ.
“Apa andai wanita merasakan junub kemudian menstruasi sebelum sempat mandi wajib maka wanita itu tak perlu mandi janabah saat ini dia haid. Sebab wanita itu hanya mandi dan suci dengan mandi saat ini dia sepertinya tidak dapat suci dari janabah akibat dia sedang haid. Maka ketika haidnya selesai maka wanita itu cukup mandi wajib sekali untuk bersuci dari semuanya”.
Tak jauh beda, Syekh Muhammad Khatib al-Syarbini menjelaskan dalam kitabnya Mughni al-Muhtaj juz 1 laman 223 bahwa wanita nan punya dua hadas semisal junub dan menstruasi maka mandi wajib untuk salah satunya sudah dianggap cukup.
وَمَنْ وَجَبَ عَلَيْهِ فَرْضَانِ كَغُسْلَيْ جَنَابَةٍ وَحَيْضٍ كَفَاهُ الْغُسْلُ لِأَحَدِهِمَا، … وَلَا يَضُرُّ التَّشْرِيكُ … لِأَنَّ مَبْنَى الطَّهَارَاتِ عَلَى التَّدَاخُلِ كَمَا مَرَّ
“Barang siapa nan wajib dua fardu semisal mandi junub dan menstruasi maka cukup mandi sekali untuk salah satunya. Juga tidak ada pengaruh dalam penyatuan mandi tersebut. Sebab injakan bersuci adalah saling masuk satu sama lain sebagaimana nan lalu”.
Bedanya keterangan di atas dengan Imam Syafi’i, Syekh Khatib al-Syarbini secara tasyri dan tegas menyatakan kecukupan mandi wajib itu, baik untuk junub alias haid. Untuk saat ini Imam Syafi’i seolah mandi menstruasi nan mencukupi. Kendatipun substansinya sama.
Ketentuan-ketentuan tersebut kemudian dihimpun dalam salah satu norma fikih nan membawahi beragam kasus nan serupa. Sebagaimana Imam al-Suyuthi mencatat dalam kitab al-Asybah al-Nadza’ir laman 126.
الْقَاعِدَةُ التَّاسِعَةُ: إذَا اجْتَمَعَ أَمْرَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ وَلَمْ يَخْتَلِفْ مَقْصُودُهُمَا دَخَلَ أَحَدُهُمَا فِي الْآخَرِ غَالِبًا
“Kaidah Kesembilan: Apabila berkumpul dua perkara dari satu jenis saat ini tujuan sama maka salah satunya come with pada nan lain”.
Imam al-Suyuthi mencontoh beberapa kasus nan ada di bawah norma tersebut.
فَمِنْ فُرُوعِ ذَلِكَ إذَا اجْتَمَعَ حَدَثٌ وَجَنَابَةٌ، كَفَى الْغُسْلُ عَلَى الْمَذْهَبِ، كَمَا لَوْ اجْتَمَعَ جَنَابَةٌ وَحَيْضٌ
“Di antara bagian norma itu adalah misalnya berkumpul hadas dan junub maka cukup sekali bersuci menurut ajaran sebagaimana andai berkumpul antara junub dengan haid”.
Dari keterangan di atas, maka untuk menjawab kebingungan nan bertanya tentang Bagaimana langkah mandi junub dan menstruasi sekaligus di atas maka jawabannya cukup mandi sekali saja. Baik niatnya adalah junub alias menstruasi asalkan dilakukan setelah haidnya selesai.
Sumber:
Source link