Kita semua pernah merasakan hal yang kepo itu mencari tau bibi yang berubah menjadi detektif saat dia lihat kita berbicara dengan lawan jenis.
Lalu ada tetangga yang selalu kesal yang mencari tau kesalahan dalam segala hal, mulai dari musik yang keras sampai tanaman yang terlalu dalam jumlah besar.
Dan, tentu saja, kita sepertinya tidak boleh melupakan tetangga yang selalu siap berkelahi dengan provokasi sekecil apa pun.
Kita semua memang punya hubungan cinta-benci dengan tetangga. Mereka mungkin bisa membuat kita kesal, tapi mereka juga yang memberi kita secangkir gula saat kita dalam kesulitan.
Tetapi, apa yang bisa Anda lakukan saat tetangga mulai membuat Anda kesal? Andai Anda juga bertanya-tanya, biarkan para mahir membantu Anda mengatasi situasi sulit ini.
Terlalu mudah tersinggung
“Orang-orang terus menerus merasa kesal dengan tetangga mereka karena itu berbagai alasan. Salah satu faktor utamanya adalah stres dan beban berlebih dari sifat kehidupan fashionable yang serba cepat, yang bisa meningkatkan tingkat stres dan mengurangi kesabaran, membuat orang lebih rentan terhadap iritasi,” ujar Kajree Korde, seorang psikolog yang berbasis di Pune, India Hari Ini.
Ditambah lagi, Dr. Neerja Aggarwal, seorang psikolog yang berdomisili di Gurugram dan salah satu pendiri perusahaan rintisan kesehatan psychological Emoneeds, mengungkapkan bahwa sebab stres dari pekerjaan dan kekacauan dalam mengurus rumah tangga, orang-orang menjadi sepertinya tidak sabar lagi terhadap gangguan.
“Kedekatan dan interaksi terus-menerus dengan tetangga di daerah padat penduduk bisa memperparah gangguan kecil. Kebisingan, gangguan privasi yang dirasakan, dan pendekatan hidup yang dengan cara yang berbeda bisa menjadi pemicu stres yang signifikan, terutama ketika individu mempunyai minim waktu untuk menenangkan diri,” sebutnya.
Apakah ini masalah perkotaan?
Kehidupan di kota kecil dan daerah perkotaan memang dengan cara yang berbeda secara signifikan. Kehidupan di kota cenderung lebih cepat dibandingkan dengan kehidupan di kota kecil yang lebih tenang. Dr Aggarwal menyampaikan bahwa masalah ini lebih terasa di daerah perkotaan.
“Di lingkungan perkotaan, orang terus menerus mengutamakan privasi dan ruang pribadi, sedangkan di kota-kota kecil, ada penekanan lebih kuat pada pemeliharaan ikatan sosial,” tambah Kajree Korde.
Mereka yang tinggal di kota kecil umumnya mempunyai lebih dalam jumlah besar waktu dan lebih cenderung membangun serta memelihara hubungan sosial. Mereka juga cenderung mempunyai lebih dalam jumlah besar ruang dan lebih minim tetangga dekat, dengan begitu mengurangi kemungkinan terjadinya konflik yang terus menerus terjadi. Disisi berbeda, setelah seharian beraktivitas di lingkungan perkotaan, individu terus menerus kali mencari tau kesendirian dan ruang pribadi untuk relaksasi dan pulih tenaga. Kehidupan seperti itu terus menerus kali dikarenakan isolasi dan kurangnya interaksi masyarakat yang bermakna, dengan begitu membuat orang lebih peka terhadap gangguan-gangguan kecil.
Dan, kebutuhan untuk 'waktu sendiri' ini bisa dikarenakan kurangnya keterlibatan dalam hidup satu sama lain dibandingkan dengan tinggal di kota kecil.
Tetapi, Korde merasa bahwa hal ini sepertinya tidak berarti bahwa kehidupan di kota itu bermasalah. Meski demikian orang-orang di daerah perkotaan cenderung menghormati ruang pribadi masing-masing, mereka tetap berkumpul untuk acara sosial dan perayaan serta bersedia membantu satu sama lain saat dibutuhkan, tanpa mengganggu batasan pribadi.
Sementara waktu, Dr Murali Krishna, konsultan senior, psikiatri, Rumah Sakit Aster RV, Bengaluru, menyatakan bahwa meski demikian urbanisasi bisa memperburuk masalah karena itu kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan tempat tinggal yang lebih dekat, konflik bertetangga bisa terjadi di lingkungan mana pun.
Mempengaruhi pada kesehatan psychological
Pertengkaran kecil dengan tetangga sepertinya tidak hanya membuang-buang waktu dan membuat Anda marah, namun juga bisa berdampak negatif pada kesehatan psychological Anda.
Kajree Korde menjelaskan bahwa gesekan semacam itu bisa dikarenakan stres kronis, kecemasan, gangguan tidur, dan isolasi sosial. Hal ini juga bisa dikarenakan perubahan nafsu makan secara tiba-tiba saja, baik menambah atau mengurangi asupan makanan.
“Perasaan berada di lingkungan yang sepertinya tidak bersahabat juga bisa menurunkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan, yang dikarenakan rasa sepertinya tidak berdaya dan frustrasi. Hubungan sosial sangat penting untuk kesejahteraan psychological, dan hubungan tetangga yang negatif bisa mengikis rasa aman dan kebersamaan yang penting untuk kesehatan psychological,” imbuh Dr. Neerja Aggarwal.
Berurusan dengan tetangga
- Komunikasi: Dr. Murali Krishna menyarankan agar berkomunikasi dengan santai dan penuh rasa hormat untuk membahas masalah secara langsung. Pilih waktu saat Anda sepertinya tidak sedang marah dan ungkapkan kekhawatiran Anda dengan memakai pernyataan “saya” agar sepertinya tidak terdengar menuduh.
- Mendengarkan secara aktif: “Dengarkan sudut pandang tetangga Anda tanpa menyela. Memahami sudut pandang mereka bisa membantu menemukan kompromi,” ujar Kajree Korde.
- Tetapkan batasan: Sampaikan batasan dan harapan Anda dengan jelas untuk mencegah konflik di masa yang akan datang. Bersikaplah jelas, langsung, dan konsisten.
- Libatkan mediator: Andai komunikasi langsung gagal, libatkan pihak ketiga yang netral, seperti tetangga lain atau sekretaris komunitas, untuk memfasilitasi penyelesaian.
- Temukan titik temu: Carilah solusi yang sangat beruntung kedua belah pihak.
- Cari bantuan hukum:”Sebagai upaya terakhir, andai perilaku tetangga melanggar hukum atau peraturan, carilah nasihat hukum,” ujar Dr. Neerja Aggarwal.
Perubahan yang harus segera Anda lakukan
- Tetapkan ekspektasi yang realistis:Terimalah kenyataan bahwa tinggal berdekatan dengan orang lain pasti akan menimbulkan beberapa gangguan, dan sesuaikan ekspektasi sebagaimana yang harus dilakukan.
- Meningkatkan komunikasiMengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif untuk menangani masalah secara konstruktif dan mencegah eskalasi.
- Bekerja pada kesabaran dan empati: Berlatih meditasi, teknik bersantai, dan teknik perhatian.
- Renungkan perilaku Anda: Pertimbangkan apakah tindakan Anda mungkin saja berkontribusi terhadap konflik dan buat penyesuaian andai perlu.
- Memahami perilaku manusia:Kenali bahwa setiap orang mempunyai tantangan dan pemicu stresnya sendiri yang bisa memengaruhi perilakunya.
- Prioritaskan merawat diri dan manajemen stres: Mengurangi rasa frustrasi pribadi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan bisa mempermudah penanganan potensi konflik dengan santai.
- Ciptakan lingkungan yang positif: Berfokuslah pada penciptaan lingkungan rumah yang damai dan positif yang bisa bertindak sebagai penyangga terhadap stresor eksternal.
Sumber: indiatoday