Saat Anda mempunyai anak, wajar andai Anda lihat mereka kesal atau marah ketika sepertinya tidak dapatkan apa yang diinginkannya. Keinginan sederhana dapat dengan cepat berubah menjadi kemarahan, disertai tangisan dan lolongan andai sepertinya tidak terpenuhi. Tetapi ketika keinginan mereka terpenuhi, wajah mereka tersenyum lebar.
Mengasuh anak tidaklah mudah, dan orang tua tak henti-hentinya kali dikritik apa pun yang mereka lakukan. Andai mereka menuruti permintaan anaknya, mereka dituduh memanjakannya. Andai menolak, mereka dicap sepertinya tidak berperasaan atau sepertinya tidak peduli.
Tetapi pertanyaannya di sini adalah: haruskah orang tua menyerah pada sifat keras kepala dan kemarahan anak mereka, atau adakah cara yang lebih baik untuk mengatasi momen-momen ini?
Ekspresi kemarahan yang keras
Dr Sarthak Dave, seorang psikiater yang berbasis di Ahmedabad, menceritakan India Hari Ini bahwa anak menjadi keras kepala dan menyampaikan amarahnya dengan lantang akibat menyerap perilaku lingkungan sekitar dan menganggapnya wajar. Andai mereka tak henti-hentinya lihat orang tua mereka memperlihatkan kemarahan atau bereaksi dengan keras, mereka segera akan belajar untuk meniru perilaku ini, dan yakin bahwa hal tersebut bisa diterima.
Ia menjelaskan, “Pada usia muda, {id} mereka—dorongan naluri untuk memenuhi keinginan mereka—sangat kuat, sementara itu ego (penalaran logis) dan superego (pemahaman ethical) mereka masih terbelakang dan tumbuh seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Ketika anak menginginkan sesuatu, mereka kesulitan untuk berpikir logis atau mengantisipasi konsekuensi dari tindakan mereka. Andai mereka sepertinya tidak dapatkan apa yang mereka inginkan, mereka merasa tertekan dan mengungkapkannya dengan cara yang mereka pelajari dari lingkungannya.”
Selain itu, andai mereka sebelumnya telah menerima apa yang mereka inginkan dengan bertindak, perilaku ini akan diperkuat dan mendorong mereka untuk mengulanginya.
Lebih lanjut, Riddhi Doshi Patel, seorang psikolog anak dan konselor pengasuhan anak yang berbasis di Mumbai, menyampaikan bahwa anak-anak dapat menjadi keras kepala atau bersuara keras akibat mereka belum mempunyai kata-kata atau keterampilan untuk mengekspresikan emosi mereka atau akibat mereka merasa diabaikan atau disalahpahami oleh orang dewasa.
Dia menyebut bahwa ledakan-ledakan ini adalah cara mereka mengatasi emosi yang sepertinya tidak bisa mereka kendalikan atau jelaskan sepenuhnya.
Menurut Patel, meski demikian anak-anak belajar dari lingkungannya dan tak henti-hentinya meniru orang tuanya, sifat keras kepala juga merupakan bagian alami dari perkembangan saat anak-anak belajar untuk bersikap tegas. Itu sepertinya tidak selalu berarti orang tua bersalah.
Apa arti sikap keras kepala ini terhadap anak Anda?
Sikap keras kepala, kemarahan, dan reaksi keras seorang anak tak henti-hentinya kali merupakan cara untuk bertindak akibat terbatasnya kemampuan mereka dalam menangani emosi dan tekanan.
“Perilaku-perilaku ini memperlihatkan bahwa anak mungkin saja belum mengembangkan alat emosional yang diperlukan untuk mengatasi masalah secara efektif. Andai reaksi seperti ini sepertinya tidak ditangani atau dicegah, reaksi tersebut akan menjadi mekanisme pertahanan primitif, yang memperlihatkan bahwa pertumbuhan emosi anak sepertinya tidak berkembang sebagaimana yang harus dilakukan. ,” ujar Dr Dave.
Sementara waktu, Patel berpendapat bahwa sifat keras kepala dan amarah adalah tanda-tanda seorang anak:
- Sedang mencari tau perhatian, pengertian, atau kendali.
- Mungkin saja merasa kewalahan, sepertinya tidak aman, atau sepertinya tidak percaya bagaimana menangani suatu situasi.
- Sedang dalam tahapan perkembangan di mana mereka belajar menguji batasan dan membangun kemandirian.
Mempengaruhi terhadap kesehatan psychological
Menurut para mahir, andai sepertinya tidak dikendalikan, kemarahan dan sikap keras kepala yang terus-menerus bisa dikarenakan masalah seperti kesulitan mengelola emosi di kemudian hari, ketegangan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga, serta meningkatnya perasaan frustrasi atau kecemasan.
Apa yang harus segera Anda lakukan sebagai orang tua?
Dr Sajeela Maini, konsultan senior, departemen psikiatri dan ilmu perilaku, Rumah Sakit Sir Ganga Ram, Delhi, menyatakan bahwa orang tua sepertinya tidak boleh menyerah pada sifat keras kepala dan kemarahan anak mereka, akibat ini hanya akan membuat anak semakin keras kepala, dan tingkat kemarahan mereka segera akan meningkat. meningkat berkali-kali lipat.
Orang tua harus segera memastikan bahwa mereka sepertinya tidak menghargai perilaku seperti itu. Dengan menghadiahi mereka, Anda memberi makan sifat keras kepala dan kemarahan, dan ini hanya akan meningkatkan kemarahan.
Meski demikian Riddhi Doshi Patel setuju, dia menyebut bahwa ini sepertinya tidak berarti orang tua harus segera mengabaikan perasaan anak mereka. Sebaliknya, mereka harus segera mengakui emosi anak mereka, menetapkan jumlah batasan yang jelas dan konsisten, dan tetap santai sambil menghindari perebutan kekuasaan.
Terkait hal ini, Dr Sarthak Dave menambahkan bahwa orang tua harus segera mengutamakan membimbing anak-anak mereka menuju cara-cara yang lebih sehat dalam mengekspresikan kebutuhan mereka dan membantu mereka beralih dari mekanisme pertahanan yang belum matang ke mekanisme yang lebih matang. Mengajarkan metode komunikasi yang efektif dan konstruktif sangat penting untuk perkembangan emosional mereka.
Untuk mengatasi situasi sulit, Anda harus segera…
- Tetap santai: Anak-anak tak henti-hentinya kali mencerminkan emosi Anda. Menanggapi dengan santai bisa membantu meredakan situasi.
- Akui perasaan mereka: Tunjukkan empati dengan menyampaikan, “Rasanya kamu sedang kesal. Apakah kamu ingin membicarakannya?”
- Tetapkan batasan yang jelas: Konsisten dengan aturan dan konsekuensi. Anak-anak merasa lebih aman ketika mereka tahu apa yang diharapkan.
- Tawarkan pilihan: Memberi anak pilihan-pilihan kecil membantu mereka merasa memegang kendali, mengurangi kebutuhan akan perilaku keras kepala.
- Ajarkan keterampilan pemecahan masalah: Dorong mereka untuk memakai kata-kata untuk menyampaikan perasaan mereka atau bertukar pikiran tentang solusi bersama.
- Contohkan perilaku sehat: Tunjukkan pada mereka cara menangani rasa frustrasi dengan santai. Misalkan saja, katakan, “Kadang-kadang aku juga merasa frustrasi, dan aku menarik napas dalam-dalam untuk membantu.”
Dengarkan
Sumber: indiatoday