Gerakan yang menguasai Tanda Gaza menyampaikan para pejabat seniornya telah memulai konsultasi luas 'memilih pemimpin baru'.
Hamas menyampaikan pihaknya telah memulai konsultasi memilih pemimpin baru kelompok Palestina tersebut setelah pembunuhan kepala politiknya Ismail Haniyeh.
“Setelah pemimpin kami gugur syahid, para pemimpin gerakan ini telah memulai proses konsultasi yang luas dalam hierarki dan lembaga penasihat memilih pemimpin baru,” ujar Hamas dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di akun media sosialnya pada hari Minggu.
Pernyataan itu menyampaikan pembunuhan Haniyeh “hanya akan membuat Hamas dan perlawanan Palestina lebih kuat dan lebih bertekad untuk melanjutkan jalan dan pendekatannya”.
Kelompok itu menyampaikan hasil konsultasi akan diumumkan secepatnya setelah selesai.
Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu pagi dalam sebuah serangan yang menurut pejabat Iran dilakukan oleh Israel. Pengawalnya juga tewas.
Iran dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengannya di Timur Tengah telah berjanji untuk membalas pembunuhan Haniyeh. Israel – yang dituduh oleh Hamas, Iran, dan pihak lain sebagai pelaku serangan tersebut – belum berkomentar secara langsung mengenai pembunuhan tersebut.
Haniyeh berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.
Setelah pemakaman di Teheran, di mana doa dipimpin oleh Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei pada hari Kamis, jenazah Haniyeh diterbangkan ke Doha untuk dimakamkan.
Pemimpin Hamas bermarkas di ibu kota Qatar, tempat negosiasi dengan Israel dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk Mesir dan AS, mengenai kemungkinan gencatan senjata di Gaza telah dilakukan sejak perang berawal pada bulan Oktober.
Kekhawatiran eskalasi regional
Saat Iran dan sekutunya mempersiapkan tanggapan mereka terhadap pembunuhan Haniyeh, ketegangan meningkat di Timur Tengah sebab kekhawatiran akan perang regional.
Sekutu utama Israel, Amerika Serikat, menyampaikan akan memindahkan lebih dalam jumlah besar kapal perang dan jet tempur ke kawasan itu saat ini beberapa pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah meminta warganya untuk secepatnya meninggalkan Lebanon, tempat sekutu Hamas, Hizbullah, bermarkas.
Pembunuhan Haniyeh di Teheran terjadi hanya beberapa jam setelah pembunuhan kepala militer Hizbullah oleh Israel di Beirut, yang memicu janji balas dendam dari Iran dan “poros perlawanan”, yang merupakan kelompok bersenjata di Timur Tengah yang didukung oleh Iran.
Iran pada hari Sabtu menyampaikan pihaknya memperkirakan Hizbullah akan menyerang lebih dalam ke Israel dan sepertinya tidak lagi terbatas pada goal militer.
Ketika Presiden Amerika Serikat Joe Biden ditanya oleh jurnalis pada hari Sabtu apakah menurutnya Iran akan mundur setelah serangan Teheran, ia berkata: “Saya harap begitu. Saya sepertinya tidak tahu.”
Sementara, tentara Israel pada Minggu pagi menyampaikan sekitar 30 roket diluncurkan dari Lebanon selatan ke Israel, dan menambahkan bahwa sebagian besar dari roket tersebut ditembak jatuh juga tidak ada penderita luka yang dilaporkan.
Rentetan roket ditembakkan setelah serangan udara Israel menargetkan beberapa wilayah di Lebanon selatan semalam, media Lebanon melaporkan.
Israel dan Hizbullah yang didukung Iran telah saling serang sejak sehari setelah perang Gaza berawal pada 7 Oktober. Sepanjang ini, perang tersebut telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina dan membuat hampir seluruh penduduk daerah kantong yang terkepung itu mengungsi dalam perjalanan meluasnya kelaparan dan keadaan darurat kesehatan.
Sumber: aljazeera.com