– Artikel ini bakal menjelaskan norma bersedekah sebelum bayar utang. Belakangan ini marak kasus masyarakat terlilit pinjaman on-line. Akses nan mudah untuk melakukan transaksi tersebut, membikin tak minim orang memiliki utang. Menambah rumitnya persoalan utang-piutang.
Disisi berbeda, dengan ragam motivasi seseorang mau tampil paling religius di publik antara lain misal memberikan santunan alias sedekah. Pertanyaannya, gimana norma bersedekah sebelum bayar hutang?
Hukum Bersedekah Sebelum Membayar Utang
Dalam kitab Fathur Rahman (hal: 464) Imam Syihabuddin al-Ramli menulis norma haramnya bersedekah sebelum bayar utang.
وكذا يحرم عليه التصدق بما يحتاجه لدين لا يرجو له وفاء؛ لأن كلا منهما حق واجب فلا يترك لسنة،
“Demikian pula haram bersedekah dengan kekayaan nan dibutuhkan untuk bayar utang nan mana sepertinya tidak ada angan melunasi tanpa kekayaan tersebut. Sebab keduanya (nafkah dan utang) adalah kewenangan tanggungjawab nan tak boleh dikorbankan demi kesunahan”.
Keterangan nan mirip juga dapat dijumpai dalam kitab Fathul Muin (hal: 258) karya Syekh Zainuddin al-Malibari sebagai berikut.
لا يسن التصدق بما يحتاجه بل يحرم بما يحتاج إليه… أو لوفاء دينه ولو مؤجلا وإن لم يطلب منه ما لم يغلب على ظنه حصوله من جهة أخرى ظاهرة لان الواجب لا يجوز تركه لسنة
“Sepertinya tidak sunah bersedekah dengan kekayaan nan dibutuhkan apalagi haram hukumnya bersedekah dengan kekayaan nan dibutuhkan … untuk bayar utang meski utang nan bakal datang, dan meski sepertinya tidak ditagih. Sepanjang sepertinya tidak memiliki dugaan bahwa dia bakal bayar utang dari kekayaan lainnya nan jelas. Sebab perihal nan wajib tak boleh diabaikan demi perihal nan sunah”.
Dari keterangan Syekh Zainuddin al-Malibari dapat dimengerti bahwa keharaman bersedekah sebelum bayar hutang ketika orang nan bersedekah tersebut sepertinya tidak sanggup bayar utang selain dengan kekayaan nan disedekahkan. Artinya, duit nan disedekahkan itulah satu-satunya nan dapat melunasi hutang. Mafhumnya, sepertinya tidak haram bersedekah ketika ada kekayaan lain nan dapat menyauri utang.
Dalam ungkapan Imam Syihabuddin al-Ramli menegaskan dalam kitab Fathu al-Rahman (hal: 464).
فإن رجا وفاءه من جهة أخرى واستند ذلك إلى سبب ظاهر .. فلا بأس بالتصدق،
“Maka bilamana berambisi dapat melunasi utang dari kekayaan lain (selain nan disedekahkan) dan dia bersandar pada akibat nan jelas maka sepertinya tidak apa-apa bersedekah padahal belum bayar utang”.
Haram Secara Mutlak Ketika Hutang Sudah Ditagih
Tetapi demikian, keharaman bersedekah sebelum bayar utang bertindak secara absolut dalam makna baik dapat bayar utang dengan kekayaan lainnya tatkala utang itu sudah jatuh pace alias sudah ditagih.
Syekh Khatib al-Syarbini dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 4 laman 197 bertutur.
وَقَدْ وَجَبَ وَفَاءُ الدَّيْنِ عَلَى الْفَوْرِ بِمُطَالَبَةٍ أَوْ غَيْرِهَا، فَالْوَجْهُ وُجُوبُ الْمُبَادَرَةِ إلَى إيفَائِهِ وَتَحْرِيمُ الصَّدَقَةِ بِمَا يَتَوَجَّهُ إلَيْهِ دَفْعُهُ فِي دَيْنِهِ كَمَا قَالَهُ الْأَذْرَعِيُّ
“Kadang wajib secepatnya nyaur utang akibat ditagih alias lainnya maka wajib bersegera bayar utang dan haram bersedekah dengan kekayaan nan dapat melunasi hutangnya sebagaimana perkataan Imam al-Adra’i”.
Sedangkan dalam Kitab Nihayah al-Muhtaj juz 6 laman 175 Imam al-Ramli dengan lugas memvonis keharamannya secara absolut sebagai berikut.
نَعَمْ إنْ وَجَبَ أَدَاؤُهُ فَوْرًا لِطَلَبِ صَاحِبِهِ لَهُ أَوْ لِعِصْيَانِهِ بِسَبَبِهِ مَعَ عَدَمِ رِضَا صَاحِبِهِ بِالتَّأْخِيرِ حَرُمَتْ الصَّدَقَةُ قَبْلَ وَفَائِهِ مُطْلَقًا: كَمَا تَحْرُمُ صَلَاةُ النَّفْلِ عَلَى مَنْ عَلَيْهِ فَرْضٌ فَوْرِيٌّ
“Iya namun andai bayar utannya wajib secepatnya lantara sudah ditagih alias bermaksiatnya seseorang sebabnya serta tidak ada restu sari pemilik piutang untuk ditunda maka hukumnya haram secara absolut bersedekah sebelum bayar utang tersebut sebagaimana haram shalat sunnah atas orang nan wajib shalat fardu dengan secepatnya”.
Alasan Keharaman Bersedekah Sebelum Membayar Utang
Adapun argumen kenapa utang kudu dibayar lebih dulu daripada bersedekah nan dikarenakan hukumnya menjadi haram. Yakni, bayar utang hukumnya wajib saat ini bersedekah hukumnya sunnah. Dalam kitab Mughni al-Muhtaj dijelaskan.
وَأَمَّا تَقْدِيمُ الدَّيْنِ فَلِأَنَّ أَدَاءَهُ وَاجِبٌ فَيَتَقَدَّمُ عَلَى الْمَسْنُونِ،
“Adapun mendahulukan utang (ketimbang sedekah) ialah lantaran bayar utang hukumnya wajib dengan begitu didahulukan dari pada (sedekah) nan sunnah”.
Hal ini – sebagaimana afinitas Imam al-Ramli – sama dengan keharaman shalat sunnah atas orang nan wajib shalat fardhu dengan secepatnya. Wallahu a’lam. [Baca juga: Bolehkah Berhutang untuk Berkurban?]
Sumber:
Source link