Artikel ini bakal mengurai norma bersedekah sebelum memberi nafkah pada circle of relatives nan mencakup istri, anak, dan dapat mencakup orang tua dan mertua.  Tak minim masyarakat justru gandrung dengan infak nan memang dalam jumlah besar digaungkan para dai. Di saat nan sama acap kali sepertinya tidak maksimal dalam memberi nafkah. 

Lalu gimana norma bersedekah sebelum memberi nafkah dalam pandangan fikih alias norma Islam? Terkait persoalan di atas ustadz fikih sudah bersikap tegas, ialah hukumnya sepertinya tidak boleh apalagi haram bersedekah sebelum memberikan nafkah, alias setidak-tidaknya makruh dan sepertinya tidak sunnah. 

Imam al-Syairazi dalam kitab Al-Muhazzab juz 1 laman 321 menuturkan ketidakbolehan bersedekah memakai kekayaan nan dibutuhkan untuk nafkah.

لا يجوز أن يتصدق بصدقة تطوع وهو محتاج إلى ما يتصدق به لنفقته أو نفقة عياله

“Sepertinya tidak boleh hukumnya bersedekah sunah sementara itu dia memerlukan terhadap kekayaan nan disedekahkan untuk keperluan nafkah dirinya dan (apalagi) anggota family”.

Dengan redaksi sepertinya tidak boleh mengesankan hukumnya makruh. Sedangkan Imam Nawawi, dengan metode tarjihnya, terang-terangan mengharamkan infak sebelum memberi nafkah. Dalam kitab Minhaj al-Thalibin laman 203 beliau mentarjih.

 قُلْت الْأَصَحُّ تَحْرِيمُ صَدَقَتِهِ بِمَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ لِنَفَقَةِ مَنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ

“Menurut saya (Imam Nawawi), pendapat nan paling sahih itu mengharamkan hukumnya bersedekah dengan kekayaan nan dia butuhkan untuk menafkahi anggota family”.

Sikap tersebut ialah haram bersedekah sebelum memberi nafkah diperas dari sumber-sumber norma Islam berupa sabda Nabi Muhammad. Adapun hadisnya ialah antara lain diriwayatkan Abu Dawud dalam kitabnya al-Sunan pada bab amal laman 24 dari garis Abu Hurairah. 

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! عِنْدِي دِينَارٌ? قَالَ: «أَنْفِقْهُ عَلَى نَفْسِكَ». قَالَ: عِنْدِي آخَرُ? قَالَ: «أَنْفِقْهُ عَلَى وَلَدِكَ». قَالَ: عِنْدِي آخَرُ? قَالَ: «أَنْفِقْهُ عَلَى أَهْلِكَ». قَالَ: عِنْدِي آخَرُ, قَالَ: «أَنْفِقُهُ عَلَى خَادِمِكَ». قَالَ عِنْدِي آخَرُ, قَالَ: «أَنْتَ أَعْلَمَ».

“Dari Abu Hurairah dia berkata: ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi. Ya Rasulullah, saya memiliki duit dinar. Nabi bersabda, nafkahkan untuk dirimu. Lelaki itu berbicara lagi, saya tetap punya duit lain. Nabi bersabda, nafkahkan untuk anakmu. 

Lelaki itu berbicara lagi, saya tetap punya duit lain. Nabi bersabda, nafkahkan untuk keluargamu. Lelaki itu berbicara lagi, saya tetap punya duit lain. Nabi bersabda, nafkahkan untuk pembantumu. Lelaki itu berbicara lagi, saya tetap punya duit lain. Nabi bersabda, Anda lebih tahu”. (HR. Abu Dawud).

Hadis nan menggambarkan perbincangan antara Nabi dan salah satu sahabatnya mengajarkan bahwa nafkah itu hukumnya wajib sementara itu infak hukumnya sunah dengan begitu nafkah menjadi prioritas sebagaimana ungkapan Syekh Muhammad Khatib al-Syarbini.

وَلِأَنَّ كِفَايَتَهُمْ فَرْضٌ وَهُوَ مُقَدَّمٌ عَلَى النَّفْلِ

“Dan lantaran kecukupan (nafkah) circle of relatives hukumnya wajib. Maka nafkah menjadi prioritas daripada perihal nan sunah (sedekah)”. (Mughni al-Muhtaj, juz 4 perihal 197).

Hal ini kemudian dikuatkan oleh sabda lain sebagaimana riwayat Imam Muslim dan dikutip oleh Syekh Khatib al-Syarbini dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 4 laman 197 ketika menerangkan keharaman bersedekah sebelum memberi nafkah.

«كَفَى بِالْمَرْءِ إثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ، وَأَبْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ» 

“Cukup bagi seseorang itu dianggap sudah melakukan dosa andai mana menyia-nyiakan anggota family nan wajib dinafkahi, dan mulailah (menafkahi) dengan circle of relatives nan menjadi tanggungannya”. (HR. Abu Dawud).

Dari dua sabda ini dan penjelasan ustadz di atas dapat kita pahami. Pertama, menafkahi circle of relatives tersebut hukumnya wajib nan kudu diprioritaskan. Kedua, betul bahwa infak baik, tapi andai statusnya hanya sunah jangan mencapai mengorbankan nan wajib. Ketiga, keharaman bersedekah sebelum memberi nafkah andai anggota family tak kuasa menahan diri alias bersabar atas nafkah tersebut.




Sumber:
Source link

Artikel Referensi