Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam Nguyen Phu Trong, yang dipandang sebagai tokoh paling berkuasa di negara itu, telah meninggal, menurut media pemerintah, memberhentikan lebih dari 13 tahun kepemimpinannya setelah dilaporkan menderita penyakit.

Pengumuman pada hari Jumat itu terjadi sehari setelah partai memperkenalkan bahwa Trong akan menyerahkan kekuasaan untuk fokus pada penerimaan perawatan medis untuk kondisi medis yang dirahasiakan.

Media pemerintah mengutip pernyataan pemerintah bahwa Trong meninggal di rumah sakit militer “sebab usia tua dan penyakit serius”.

“Akan ada pernyataan khusus tentang penyelenggaraan pemakaman di tingkat nasional,” menurut laporan tersebut.

Kematiannya terjadi saat negara itu merasakan transisi politik, dengan presiden baru ditunjuk pada bulan Mei menyusul pengunduran diri pendahulunya.

To Lam menggantikan Vo Van Thuong, yang mengundurkan diri pada bulan Maret sebab apa yang disebut partai sebagai “pelanggaran dan kekurangan”, setelah hanya satu tahun menjabat.

Tanggung jawab Trong telah diserahkan kepada presiden negara yang sebagian besar bersifat seremonial, Lam, mantan menteri keamanan publik yang kuat yang telah lama dianggap berebut jabatan tertinggi.

“Politbiro menghimbau kepada seluruh partai, rakyat dan tentara untuk mempunyai kepercayaan penuh kepada kepemimpinan partai dan pengelolaan negara,” ujarnya pada hari Kamis.

Pemerintahan komunis, yang sedang dirombak overall, telah merasakan serangkaian pergolakan dalam beberapa bulan terakhir, dengan para menteri, pemimpin bisnis, dan dua presiden semuanya jatuh dari jabatannya sebagai bagian dari kampanye antikorupsi yang luas.

Struktur kepemimpinan Vietnam memberikan sekretaris jenderal partai posisi paling berkuasa.

Dalam beberapa minggu terakhir, kesehatan Trong yang buruk memicu spekulasi luas bahwa ia tidak akan bisa bertahan berkuasa mencapai kongres partai tahun 2026, yang diprediksi akan menunjuk penggantinya.

Trong menikmati masa jabatan yang sangat panjang sejak 2011, sepanjang mandat yang menurut kelompok hak asasi manusia bertepatan dengan meningkatnya otoritarianisme.

Dikenal sebagai seorang teknokrat dan mempunyai hubungan baik dengan China, ia menyusun partai di sekitar dirinya sendiri, mengambil keuntungan dari pertumbuhan ekonomi sepanjang satu dekade yang memperkuat legitimasinya.

'Diplomasi bambu'

Lahir pada tahun 1944 di Hanoi, Trong adalah seorang ideolog Marxis-Leninis yang memperoleh gelar di bidang filsafat sebelum menjadi anggota Partai Komunis pada usia 22 tahun.

Trong memandang korupsi sebagai satu-satunya ancaman paling serius dalam menjaga legitimasi partai.

“Negara tanpa disiplin akan menjadi kacau dan sepertinya tidak stabil,” ujar Trong pada tahun 2016 setelah terpilih kembali menjadi pimpinan partai.

Ia mengorbitkan kampanye antikorupsi besar-besaran yang dikenal sebagai “tungku pembakar” yang membakar habis elit bisnis dan politik.

Sejak 2016, ribuan pejabat partai telah dikenai sanksi disiplin. Mereka termasuk mantan presiden Nguyen Xuan Phuc dan Vo Van Thuong serta mantan ketua parlemen, Vuong Dinh Hue. Secara keseluruhan, delapan anggota Politbiro yang berkuasa telah diberhentikan atas tuduhan korupsi, dibandingkan dengan sepertinya tidak ada yang diberhentikan antara tahun 1986 dan 2016.

Trong belajar di Uni Soviet dari tahun 1981 mencapai 1983, juga ada spekulasi bahwa di bawah kepemimpinannya, Vietnam akan semakin dekat dengan Rusia dan Cina.

Akan namun, negara Asia Tenggara itu mematuhi kebijakan pragmatis “diplomasi bambu”, frasa yang ia ciptakan untuk merujuk pada fleksibilitas tanaman itu, yang mampu tunduk tetapi sepertinya tidak patah dalam menghadapi perubahan arah geopolitik.

Vietnam mempertahankan hubungan tradisionalnya dengan negara tetangganya yang jauh lebih besar sekali, Tiongkok, meski demikian ada perbedaan pendapat mengenai kedaulatan di Laut Cina Selatan. Tetapi, Vietnam juga semakin dekat dengan AS, meningkatkan hubungannya dengan mantan musuhnya dalam Perang Vietnam ke standing diplomatik tertinggi, yaitu kemitraan strategis yang komprehensif.

Pada hari Jumat, Partai Komunis Tiongkok mengirimkan pesan belasungkawa kepada Vietnam atas meninggalnya Trong, demikian laporan televisi pemerintah Tiongkok CCTV.

Warisan Trong beragam, dengan konsekuensi yang sepertinya tidak diinginkan dari kampanye antikorupsi berupa terkikisnya institusi dalam Partai Komunis, ujar Nguyen Khac Giang, seorang peneliti tamu di Program Studi Vietnam di Institut ISEAS–Yusof Ishak Singapura.

Lembaga partai adalah landasan yang memastikan terjaganya keseimbangan kekuatan di antara berbagai faksi, ujarnya.

“Vietnam makin mirip dengan China, di mana institusi dan norma sepertinya tidak lagi sepenting kekuasaan pribadi,” ujar Giang.

Rumor tentang kesehatannya telah beredar dalam politik Vietnam sejak ia pertama kali dirawat di rumah sakit pada tahun 2019, dan baru-baru ini ketika ia tampak sangat lemah saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladmir Putin yang sedang berkunjung.

Kematian Trong meninggalkan kekosongan politik di Vietnam.

Meski demikian Lam secara luas dipandang sebagai calon ketua partai berikutnya, Giang meramalkan “masa yang sangat sepertinya tidak pasti” dalam politik Vietnam sebab norma dan institusi yang mengawasi negara tersebut “sangat goyah”.

“Sekarang ini bukan hanya tentang aturan atau norma, namun juga tentang siapa yang memegang kekuasaan paling besar,” ujar Giang.

Sumber: aljazeera.com

Artikel Referensi