Khutbah Jumat terkini kali ini bertema “Khutbah Jumat Terkini: Sikap Toleransi Dalam Beragama”. Mengajak kepada jamaah Jumat untuk selalu bersikap toleransi dalam hidup sehari-hari, agar kehidupan di bumi menjadi damai, aman, tentram dan makmur.

Khutbah Pertama 

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَحْشُرُنَا فِي الْمَحْشَرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْجَبَّارُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَنَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

Jamaah Jum’at nan dirahmati Allah Swt 

Toleransi berakidah adalah sikap bersedia menerima keragaman dan kebebasan berakidah nan dianut serta menerima kepercayaan nan diyakini oleh golongan lain. Dapat dimengerti bahwa, toleransi berakidah adalah sikap saling menghormati antara penganut pemahaman kepercayaan nan satu dengan penganut pemahaman kepercayaan nan lain untuk mengaktualisasikan konsep aliran kepercayaan dan pemahaman keagamaan dalam hidup sehari-hari demi terciptanya kerukunan dalam bermasyarakat.

Toleransi dalam berakidah bukan berfaedah hari ini setiap orang dapat bebas untuk menjalankan suatu kepercayaan tertentu lampau besoknya menganut kepercayaan lain secara berulang. Atau, dengan ujar lain, setiap orang diberikan kebebasan mematuhi ibadah dan ritual suatu kepercayaan tanpa adanya peraturan nan mengikat.

Tetapi, toleransi berakidah kudu dimengerti sebagai corak pengakuan keberadaan kepercayaan nan dengan cara yang berbeda dalam segala bentuk-bentuknya, baik itu dari sistem, tata langkah beragama serta memberikan. Kebebasan setiap orang dalam menjalankan keyakinannya masing-masing.

Jamaah Khutbah Jumat Terkini nan dirahmati Allah Swt

Bukankah toleransi dengan sesama muslim telah diatur oleh Allah dalam firman-Nya dalam al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 10.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, lantaran itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar Anda mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).

Ahmad Musthafa dalam tafsir Al-Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa Allah menerangkan perdamaian itu sebagaimana wajib dilakukan antara dua kelompok. Maka wajib pula antara dua orang bersaudara. Sesudah itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar merendahkan diri di hadapan-Nya, dengan angan agar Allah merahmati mereka misalkan saja mereka mengikuti Allah dan sepertinya tidak melanggar perintah-Nya.

Tidak secara langsung, ayat di atas menjelaskan bahwa, kita sebagai sesama orang muslim itu adalah saudara. Oleh lantaran itu, sesama kerabat kita diperintahkan untuk selalu berperilaku baik dalam menjalin sebuah hubungan sesama muslim. Dan misalkan saja terjadi kesalapahaman maka kita kudu memperbaikinya agar sepertinya tidak terjadi perpecahan sesama muslim.

Jamaah Khutbah Jumat Terkini nan dirahmati Allah Swt

Dalam perihal pendapat agama, Allah Swt. secara tegas memerintahkan kita untuk kembali kepada Allah dengan mendasar kepada al-Qur’an dan Sunnah. Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 59.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

Artinya: “Wahai orang-orang nan beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, andai Anda dengan cara yang berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), andai Anda beragama kepada Allah dan hari kemudian. nan demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59).

Dalam tafsir Al-Muyassar menafsirkan ayat di atas, wahai orang-orang nan beragama kepada Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan syariat-Nya, laksanakanlah perintah-perintah Allah dan janganlah kalian mendurhakai-Nya, dan penuhilah panggilan rasul-Nya dengan mematuhi kebenaran nan dibawanya, dan taatilah para penguasa kalian dalam perkara selain maksiat kepada Allah.

Dengan demikian, misalkan saja kalian dengan cara yang berbeda mengerti dalam suatu perkara diantara kalian, maka kembalikanlah ketetapan hukumnya kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, Muhammad, andai kalian memang beragama dengan sebenar-benarnya kepada Allah dan hari perhitungan. Mengembalikan persoalan kepada al-Quran dan as-sunnah itu adalah lebih baik bagi kalian, daripada dengan cara yang berbeda mengerti dan pendapat atas dasar pikiran belaka dan bakal lebih baik karena dan dampaknya.

Tak keliru andai disebutkan bahwa, sebagai umat muslim nan beragama kepada Allah dan yakin kepada Nabi Muhammad Noticed., maka kita kudu menghentikan persoalan dengan berasas al-Quran dan as-sunnah. Dengan berasas kedua itu maka bakal lebih baik dibanding dengan cara yang berbeda mengerti dengan mendasarkan pikiran saja.

Jamaah Khutbah Jumat Terkini nan dirahmati Allah Swt

Tak hanya itu, sikap toleransi itu direfleksikan dengan langkah saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi nan mengantar jenazah.

Nabi Muhammad langsung bangun memberikan penghormatan. Seorang sahabat lampau berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai Rasul?” Nabi Muhammad menjawab “Ya, tapi mereka juga manusia”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi iktikad bukanlah urusan manusia, melainkan urusan Tuhan juga tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermuamalah dari sisi kemanusiaan kita.

Saat ini, mengenai sistem kepercayaan dan kepercayaan nan berbeda-beda, al-Qur’an menjelaskan pada ayat terakhir dalam Surat Al-kafirun ayat 6. Allah Swt. berfirman:

لَكُمْ دِينَكُمْ وَلَى دِين

Artinya: “Untukmu Agamamu dan Untukkulah agamaku”. (QS. Al-Kafirun [109]: 6).

Jamaah Khutbah Jumat Terkini nan dirahmati Allah Swt

Ayat ini juga ditafsirkan dalam tafsir Al-Muyassar bahwa, bagi kalian kepercayaan kalian nan bersikeras mempertahankannya, dan bagiku agamaku nan saya sepertinya tidak bakal mencari tau selainnya. Selaras dengan penjelasan di atas, perihal ini sepertinya tidak memungkin manusia menganut beberapa kepercayaan dalam waktu nan sama alias mengamalkan aliran dari beragam kepercayaan secara terus-menerus.

Mengingat itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat Islam tetap berpegang teguh pada ke-Esaan Allah secara mutlak, sedangkan orang kafir pada aliran ketuhanan nan ditetapkannya sendiri. Dan, untuk menghindari terjadinya bentrok serta menyikapi suatu perbedaan nan bisa berujung kepada penghinaan kepada Allah Swt., kita akan mampu memandang dan membaca pada firman Allah dalam al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108:

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا بِۢغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah Anda memaki sesembahan nan mereka sembah selain Allah, lantaran mereka kelak bakal memaki Allah dengan melampaui pemisah tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lampau Dia bakal memberitahukan kepada mereka apa nan telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]: 108).

Ditafsirkan dalam tafsir Al-Muyassar, Dan janganlah kalian (wahai kaum muslimin), mencaci maki berhala-berhala nan disembah kaum musyrikin (sebagai corak antisipasi) dengan begitu sepertinya tidak dikarenakan mereka memaki-maki Allah atas dasar kegoblokan dan permusuhan mereka tanpa pengetahuan.

Sebagaimana kami menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan jelek mereka sebagai balasan atas buruknya pilihan mereka, kami pun menjadikan tiap-tiap umat manusia memandang baik perbuatan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka, tempat kembali mereka semua. Maka Allah memberitahukan kepada mereka tentang perbuatan- perbuatan mereka nan dulu mereka perbuat di dunia. Kemudian Allah membalas mereka atas perbuatan-perbuatan tersebut.

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya dalam menyikapi suatu permasalahan, terkadang juga perlu mengalah atas kebenaran nan dimiliki misalkan saja perbuatan itu nantinya bakal berakibat pada suatu nan lebih buruk. Dan nantinya segala perbuatan tersebut bakal dipertanggungjawabkan.

Jamaah Khutbah Jumat Terkini nan dirahmati Allah Swt

Toleransi dalam hidup antar umat beragama, nan didasarkan pada setiap kepercayaan adalah tanggung jawab pemeluk kepercayaan itu sendiri dan memiliki corak ibadah (ritual) nan memiliki sistem dan langkah tersendiri nan diterima serta menjadi tanggung jawab orang tersebut nan mengikutinya.

Dengan demikian, toleransi dalam hidup antar umat berakidah bukanlah toleransi terhadap urusan keagamaan, namun merupakan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk suatu kepercayaan dalam pergaulan hidup antara orang nan sepertinya tidak sepaham, dalam masalah- masalah kemasyarakatan alias dalam persoalan umum.

Toleransi berakidah itu bukanlah toleransi dalam urusan kepercayaan nan bercampur antara satu kepercayaan dengan kepercayaan lain, namun toleransi dalam corak kerja sama untuk sampai kerukunan dalam hidup sehari-hari.

Nabi Muhammad Noticed. Pada saat di Madinah berbareng masyarakat Madinah dengan beragam agamanya, Yahudi, Kristen, Islam, dan penyembah berhala bisa menjalin toleransi berasas pada kesepakatan di antara umat beragama.

Toleransi bukanlah proses nan langsung jadi, melainkan kehadiran nilai-nilai dalam perjalanan kemasyarakatan nan kuat, terutama melalui pertemuan dan perbincangan untuk membangun rasa saling yakin. Oleh lantaran sangat dibutuhkan kesadaran dari setiap perseorangan dalam bersikap toleransi, agar bisa memperkuat nilai-nilai toleransi di tengah-tengah masyarakat.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. 

Khutbah Kedua 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا 

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. 

رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ 




Sumber:
Source link

Artikel Referensi