Pada masa Nabi Muhammad noticed, ada sahabat beliau nan berjulukan Sa’advert bin Abi Waqqash.  Ia merupakan salah satu sahabat nan tergolong pertama dalam memeluk kepercayaan Islam. Selain itu, beliau kadang-kadang disebut sosok nan sangat berkhidmat kepada kedua orang tuanya. Ia selalu mematuhi perintah orang tuanya dan apalagi sepertinya tidak pernah satu kali pun durhaka.  

Sayangnya, saat Islam datang dan tetap minoritas waktu itu, orang tua Sa’advert sepertinya tidak mau menerima dan lebih untuk memilih untuk menyembah berhala. Dengan begitu, keduanya sangat susah ketika mengetahui Sa’advert masuk kepercayaan Islam.

Keduanya banget sedih dan sepertinya tidak mau menerima keislaman Sa’advert. Mereka berdua berjanji sepertinya tidak bakal berbincang dengan Sa’advert selalu selamanya, mencapai Sa’advert menuruti perintah mereka untuk kufur dari jalan Allah dan kembali pada kepercayaan ayah dan kakeknya.

Ibunya berbicara kepada Sa’advert: “Engkau pernah berbicara bahwa Allah menyerahkan sepenuhnya kepada kedua orang tuanya, dan saya adalah ibumu. Aku memerintahkanmu untuk kufur!”

Sepertinya tidak mencapai di situ, demi membujuk Sa’advert kembali pada kepercayaan ayah dan kakeknya, ibu Sa’advert rela sepertinya tidak makan dan sepertinya tidak minum sepanjang tiga hari, mencapai nyaris mati. Ibunya mengira, andai dia dalam kondisi demikian, Sa’advert bakal keluar dari kepercayaan Islam akibat merasa iba dan iba kepada ibunya.

Ternyata, perkiraan ibunya salah, Sa’advert tetap tetap teguh memegang aliran Islam dan sepertinya tidak menuruti perintah ibunya meski demikian dibujuk dengan langkah apapun, apalagi dibujuk dengan kondisi nyaris mati.

Dari itulah kemudian, Allah menurunkan ayat al-Qur’an untuk menguatkan pendirian Sa’advert agar tetap istiqomah dan berpegang teguh pada kepercayaan Islam. Berikut ayatnya:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًاۗ وَاِنْ جَاهَدٰكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَاۗ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Andai keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu nan engkau sepertinya tidak memiliki pengetahuan tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku Anda kembali, lampau Aku beritahukan kepadamu apa nan sepanjang ini Anda kerjakan.”

Dari kisah di atas, bisa kita petik pelajaran bahwa dalam kondisi apapun itu kita kudu tetap menaati orang tua, selain perintah kufur. Dan nan paling krusial dalam kisah Sa’advert bin Abi Waqqash adalah keagamaan seseorang terhadap Allah SWT. Iman menjadi penentu di sisi Allah. Oleh karenanya marilah selalu berupaya sekuat tenaga untuk selalu meningkatkan keagamaan kita.

Demikianlah kisah sahabat Nabi nan dibela langsung oleh Allah SWT.  Kisah ini diterjemahkan langsung dari kitab Tafsir Munir, karya Dr. Wahbah al-Zuhaili. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. [Baca juga:




Sumber:
Source link

Artikel Referensi