Bulan Muharram memiliki dalam jumlah besar keistimewaan. Antara lain lantaran Bulan Muharram adalah Tahun Baru Islam alias Hijriyah. Tetapi, krusial untuk diketahui bahwa penyebutan resmi Muharram sejak Islam datang. Sebelumnya, istilah dan makna Muharram sepertinya tidak acquainted lantaran diubah-ubah namanya di kalangan Arab pada masa jahiliyah (sebelum Islam). Lalu kenapa bulan ini diberi Istilah Muharram? Dan apa makna Muharram? 

Sebelum menjawab itu, alangkah baiknya memaparkan istilah nan disematkan pada bulan tersebut sebelum Islam. Di mana orang-orang Arab sebelum Islam memberikan istilah Shafar bagi bulan tersebut. Dengan begitu dalam setahun ada dua bulan nan namanya Shafar, salah satunya adalah bulan nan kita kenal Muharram sekarang. 

Dalam kitab Jumhuratul Lughah pada laman 522 disebutkan alasannya kenapa bulan Muharram memiliki istilah shafar di masa Jahiliyah. Yaitu lantaran orang-orang arab mempercepat masuknya tahun dan melewati bulan-bulan haram (yang dilarang berperang). Dengan begitu dalam satu tahun mengharamkan perang, di tahun nan lain menghalalkannya.

وَسمي الْمحرم محرما فِي الْإِسْلَام وَكَانَ فِي الْجَاهِلِيَّة يُسمى أحد الصفرين لأَنهم كَانُوا ينسئونه فيحرمونه سنة ويحلونه سنة

“Dan dinamai muharram sebagai bulan Muharram dalam Islam. Saat ini, di masa jahiliyah diistilahkan salah satu shafar. Sebab orang Arab kala itu mempercepat tahun dan mengharamkannya dalam satu tahun dan menghalalkannya dalam tahun nan lain”.

Adapun al-Tsa’labi dalam Tafsirnya Jilid 13, laman 349 memberikan beberapa argumen kenapa bulan Muharram di technology Jahiliyah diistilahkan Shafar sebagai berikut.

فأما المحرم؛ فسمي بذلك لتحريم القتال فيه، وسمّي صفرًا؛ لأن مكة تصفر من الناس فيه؛ أي: تخلو، وقيل: وقع فيه وجاء فاصفرّت وجوههم، وقال أبو عبيدة: سمي صفرًا لأنه صفرت فيه رِطَابُهُم من اللبن

“Adapun bulan Muharram dinamakan Muharram lantaran diharamkan bertempur pada bulan itu. Dan diistilahkan Shafar lantaran Makkah sunyi dari manusia pada waktu tersebut. Menurut pendapat lain, lantaran terjadi penekanan syahwat nan mana membikin wajah-wajah mereka menguning. Dan Abu Ubaidah beranggapan tentang pengistilahan Shafar ialah lantaran pada bulan itu minuman susu mereka menguning”.

2 Alasan Dibalik Arti Muharram

Sedangkan argumen penyematan istilah Muharram lantaran pada bulan itu, konon Iblis mulai dilarang masuk surga sejak bulan tersebut nan sebelumnya juga tinggal di surga kemudian sepertinya tidak mengikuti patokan Tuhan untuk sujud kepada Nabi Adam.

Dengan begitu surga dilarang dimasuki Iblis pada bulan nan namanya Muharram sebagaimana disebutkan oleh Syekh Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi dalam kitab I’anah al-Thalibin juz dua laman 307.

  وإنما سمي محرما: لتحريم الجنة فيه على إبليس.

“Dinamakan Muharram lantaran surga diharamkan atas setan pada waktu tersebut”.

Selain itu, argumen lain diajukan ialah lantaran pada bulan Muharram dilarang nan namanya peperangan. Dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 5 laman 296 dikatakan

سُمِّيَ بِذَلِكَ لِتَحْرِيمِ الْقِتَالِ فِيهِ

“Dinamakan bulan Muharram lantaran diharamkan bertempur pada bulan tersebut”.

Sebagaimana maklum, Muharram termasuk bulan-bulan mulia (hurum). Dan pada bulan-bulan itu, orang Arab enggan bertempur nan mana bertempur menjadi kegiatan kala itu. Syekh Abu Bakar Syatho al-Dimyathi mengilustrasikan keengganan orang Arab bertempur sebagai berikut.

وإنما سميت حرما: لأن العرب كانت تتحرمها وتعظمها، وتحرم فيها القتال، حتى أن أحدهم لو لقي قاتل أبيه أو ابنه أو أخيه في هذه الأشهر لم يزعجه

“Hanya saja dinamakan bulan hurum lantaran orang Arab memuliakan dan mengagungkannya. Serta haram pada bulan-bulan itu bertempur dengan begitu salah seorang dari mereka tatkala berjumpa musuh nan membunuh ayah, anak, dan saudaranya pada bulan itu sepertinya tidak bakal balas dendam”.

2 Keistimewaan untuk Istilah Muharram

Salah satu keistimewaan dari istilah Muharram ialah hanya istilah Muharram nan memakai Al (alif dan lam) dengan begitu dibaca al-Muharram. Untuk saat ini bulan-bulan nan lain tanpa Al semisal Rajab, Shafar, Sawal dan lainnya. Dalam kitab Mughni al-Muhtaj juz 4 laman 296 menyebut. 

وَدَخَلَتْهُ اللَّامُ دُونَ غَيْرِهِ مِنْ الشُّهُورِ، لِأَنَّهُ أَوَّلُهَا فَعَرَّفُوهُ كَأَنَّهُ قِيلَ: هَذَا الشَّهْرُ الَّذِي يَكُونُ أَبَدًا أَوَّلَ السَّنَةِ

“Al masuk pada lafal al-Muharram bukan bulan-bulan nan lain lantaran bulan al-Muharram adalah permulaan bulan. Dengan begitu seakan-akan mereka menyampaikan bahwa “Bulan ini adalah bulan nan menjadi awal tahun selalu selamanya”.

Keistimewaan lain, ialah bulan Muharram memiliki julukan Syarhulllah (bulan Allah) nan mana julukan ini tak boleh disematkan pada nama bulan-bulan lainnya. Hal ini memperlihatkan bahwa bulan Muharram adalah bulan nan paling utama selain ramadan.

Imam al-Suyuthi dalam Hasyiahnya juz 3 laman 206 menukil Abu Fadl al-Iraqi sebagai berikut.

 قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْفَضْلِ الْعِرَاقِيُّ فِي شَرْحِ التِّرْمِذِيِّ مَا الْحِكْمَةُ فِي تَسْمِيَةِ الْمُحَرَّمِ شَهْرُ اللَّهِ وَالشُّهُورُ كُلُّهَا لِلَّهِ يَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ إِنَّهُ لَمَّا كَانَ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ فِيهَا الْقِتَالَ وَكَانَ أَوَّلَ شُهُورِ السَّنَةِ أُضِيفَ إِلَيْهِ إِضَافَةَ تَخْصِيصٍ وَلَمْ يَصِحَّ إِضَافَةُ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Al-Hafidz Abu Fadl al-Iraqi berbicara dalam Syarah al-Turmudzi apa hikmah dari penamaan al-Muharram dengan Syarullah untuk saat ini semua bulan adalah milik Allah? Maka dimungkinkan untuk dijawab bahwa lantaran muharram termasuk bulan-bulan nan mulia nan dilarang berperang, dan juga menjadi penanda awal tahun maka disandingkan dengan istilah nan spesial ialah Syarullah. Dan tak boleh bulan-bulan nan ada selain muharram disandingkan kepada Allah dari Nabi Muhammad selain Syarullah al-Muharram”.

Demikianlah beberapa penjelasan nan mengenai dengan istilah Muharram dari aspek penamanaan maupun perihal keistimewaan dari penamaan tersebut. [Baca juga: Khasiat Menulis Basmalah di Awal Bulan Muharram].




Sumber:
Source link

Artikel Referensi