Menteri Keamanan Israel mengunjungi halaman Masjid Al-Aqsa dalam tindakan provokatif yang bisa mengancam perundingan gencatan senjata.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir telah mengunjungi Masjid Al-Aqsa, tempat suci yang menjadi pusat perhatian di Kota Tua Yerusalem.

Ketegangan atas lokasi di Yerusalem Timur yang diduduki telah memicu beberapa putaran kekerasan Israel-Palestina, dan kunjungan Ben-Gvir pada hari Kamis mengancam akan mengganggu pembicaraan sensitif yang bertujuan sampai gencatan senjata dalam perang Israel yang telah berlangsung lebih dari sembilan bulan di Gaza.

Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam kunjungan tersebut sebagai “intrusi provokatif” yang membahayakan established order kompleks Yerusalem yang rapuh.

Masjid ini terletak di kompleks Al-Aqsa, situs tersuci ketiga di dunia bagi umat Islam. Situs ini juga dihormati oleh umat Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount.

Berdasarkan established order, non-Muslim boleh mengunjungi situs tersebut namun sepertinya tidak boleh beribadah. Tetapi, pengunjung Yahudi semakin menentang larangan tersebut, sesuatu yang dianggap Palestina sebagai provokasi, sebab khawatir Israel bermaksud mengambil alih situs tersebut.

Ben-Gvir menyampaikan dia pergi ke lokasi itu untuk berdoa agar tawanan Israel dipulangkan “namun tanpa kesepakatan yang gegabah, tanpa menyerah”.

Hamas menyampaikan tindakan Ben-Gvir merupakan “eskalasi berbahaya” dan meminta Organisasi Kerja Sama Islam dan Liga Arab untuk mengambil “tindakan serius guna memberhentikan pelanggaran sistemik” terhadap situs suci tersebut.

Pembicaraan gencatan senjata terancam sebab Israel meningkatkan serangan

Para negosiator Israel mendarat di Kairo pada hari Rabu untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata, yang tampaknya terhenti setelah seorang pejabat senior Hamas menyampaikan bahwa kelompok itu menarik diri dari perundingan setelah serangan Israel baru-baru ini terhadap Gaza namun siap untuk kembali andai sikapnya berubah.

Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, menuduh Israel sengaja merusak negosiasi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tawanan sebab Israel sepertinya tidak ingin menghentikan perang.

Serangan militer Israel di Gaza tengah terus meningkat, dengan 54 warga Palestina tewas dalam 24 jam, ujar otoritas Palestina pada hari Kamis.

Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah, menyampaikan kampanye pengeboman Israel yang gencar di pusat daerah kantong itu telah menewaskan 500 orang dalam 10 hari terakhir.

“Itu mungkin saja angka yang konservatif. Andai Anda mempertimbangkan semua yang hilang, mungkin saja jumlahnya jauh lebih tinggi dari ini,” ujarnya.

“Pagi ini, satu keluarga yang terdiri dari tiga generasi – kakek-nenek, orang tua, dan anak-anak mereka – semuanya terbunuh. Ini adalah pola pembunuhan massal sistematis yang telah kita saksikan berulang kali,” ujar Mahmoud.

gaza
Warga Palestina meninjau kerusakan di sekolah yang dikelola PBB yang melindungi warga terlantar, setelah serangan Israel di Kota Gaza, 18 Juli 2024 (Dawoud Abu Alkas/Reuters)

Netanyahu kunjungi Rafah

Saat pasukan Israel terus menyerang Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang akan berpidato di hadapan Kongres AS minggu depan, melakukan kunjungan mendadak ke pasukan Israel di daerah sekitar Rafah, memberi tahu mereka bahwa tekanan militer yang digabungkan dengan desakan untuk mengamankan pembebasan puluhan tawanan yang masih ditahan di Gaza telah membuahkan hasil.

“Tekanan ganda ini sepertinya tidak menunda kesepakatan, namun justru memajukannya,” ujarnya, menurut pernyataan dari kantornya.

Sekitar 250 orang ditawan sepanjang serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di Israel, di mana sedikitnya 1.139 orang tewas, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan statistik Israel.

Perang Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan sedikitnya 38.848 orang dan melukai 89.459 lainnya, menurut pejabat Palestina.

Warga Israel yang dibebaskan dari tahanan di Tanda Gaza berencana melakukan protes pada hari Kamis terhadap bolak-balik Netanyahu ke Amerika Serikat.

Mereka menyampaikan akan merilis “pernyataan khusus” di sebuah alun-alun di Tel Aviv tempat para pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan tawanan dan pemilihan umum baru berkumpul sejak dimulainya perang.

Sumber: aljazeera.com

Artikel Referensi