– Baru-baru ini tengah viral di sejumlah media sosial, suatu unggahan foto nan menunjukkan adanya 5 orang Nahdlatul Ulama (NU) alias nan dikenal sebagai nahdliyin, berpose berbareng Presiden Israel, Isaac Herzog.
Foto tersebut diambil saat 5 Orang Nahdliyin melakukan lawatan ke Israel pada pekan lalu. Lihat dari masyarakat kita nan professional terhadap perjuangan Palestina tentu saja momen sebut langsung menjadi viral dan memicu perdebatan sengit di bumi maya, apalagi menjadi trending topik di X.
Alhasil cukup banyak pihak nan menyayangkan tindakan para tokoh NU ini nan justru menemui Presiden Israel dalam perjalanan kecaman dunia terhadap Israel. Kelima tokoh muda tersebut adalah Gus Syukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania. Meski demikian foto tersebut telah tersebar luas, salah satu tokoh muda nan berada dalam foto tersebut sepertinya tidak memberikan konfirmasi secara jelas mengenai tujuan keberadaan mereka di Israel.
Cukup banyak pihak, termasuk dari kalangan inside NU, menyayangkan keberangkatan sejumlah tokoh muda NU ke Israel. Apalagi, mereka mencapai mengadakan pertemuan unik dengan Presiden Israel, nan dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip nan sepanjang ini dipegang oleh NU. Mendapati kejadian ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan penyesalan mereka atas tindakan tersebut.
Melalui pernyataan nan diungkapkan di laman NU On-line, Savic Ali menegaskan bahwa kunjungan kelima tokoh muda NU tersebut bukan atas nama organisasi. Selain itu, Gus Nadir nan dulunya juga merupakan aktivis pengurus NU juga turut merespon pertanyaan dari sejumlah media. Beliau menyampaikan mengenal beberapa nama nan berangkat menemui Presiden Israel itu, dan telah menghubungi salah satu diantaranya melalui aplikasi WhatsApp.
Ternyata undangan tersebut diproses melalui jaringan alumni Harvard, nan berkenaan dengan akademik dan get started up. Mereka juga menyatakan momen ini sebagai kunjungan pribadi, bukan atas nama NU. “Kalau mereka hanya aktivis dan cerdas pandai saja saya yakin mereka gak bakal masuk radar untuk diundang ketemu Presiden.
Justru lantaran ada embel-embel NU-nya makanya mereka diundang. Jadi gak dapat ngeles dengan menyampaikan ini atas nama pribadi. Mohon maaf atas keterusterangan saya ini: tanpa NU mereka bukan siapa-siapa dan gak bakal masuk radar Israel, terang Gus Nadir dalam unggahan Instagramnya (15/07).
Menurut aliran NU sendiri, setiap tindakan bukan hanya atas pilar tasamuh (toleransi) dan tawasuth (moderasi), tapi juga tawazun dan i’tidal. Tawazun artinya seimbang. Itu sebabnya mereka saat mendapat undangan kudu menimbang cukup banyak perihal terlebih dahulu, termasuk geo politik dan bentrok yg terjadi sementara waktu. I’tidal artinya tegak lurus pada patokan major, keadilan dan kebenaran.
“Kita tahu gimana Mahkamah Internasional sudah bersikap. Begitu juga kebijakan pemerintah RI soal ini. Jadi nan dilakukan kelima orang itu jauh dari prinsip NU: tawazun dan i’tidal”, tegas Gus Nadir (15/07).
Selain itu Presiden Israel hanyalah simbol seremonial belaka. Sepertinya tidak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Jadi argumen mau berbincang soal bentrok dg dia itu memperlihatkan ketidakpahaman soal struktur pemerintahan Israel. Lagipula seruan tenteram Sekjen PBB dan Paus Fransiskus saja dicuekin. Maka tentu saja cukup banyak masyarakat nan menyayangkan.
“Mereka ini siapa? Kok merasa dapat mempunyai pengaruh pada kebijakan Netanyahu. Banyakin ngaca mas-mbak !” pinta Gus Nadir dalam unggahan Instagramnya mewakili kekesalan masyarakat (15/07).
Tentunya semua orang juga tahu, program kunjungan seperti ini sudah lama melangkah bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi. Oleh karenanya Gus Nadir berpesan agar masyarakat khususnya para tokoh, aktivis, ustadz sebaiknya menolak undangan semacam ini sepanjang bentrok belum usai. Akibat jelas second seperti itu tentunya nan untung hanya Israel, justru mudharatnya lebih cukup banyak.
Sumber:
Source link