Akhir-akhir ini viral di media sosial mengenai mi’raj para waliyullah, apalagi ada nan menyatakan seorang waliyullah dapat mi’raj hingga 70 kali dalam semalam. Pernyataan tersebut menuai professional dan kontra. Apakah betul waliyullah itu dapat mi’raj?

Dalam literatur pengetahuan tasawuf mi’raj bagi para waliyullah memang dapat terjadi, bakal namun mi’rajnya dengan cara yang berbeda dengan mi’raj nan dialami oleh Nabi Muhammad SAW.  

Imam Al-Qusyairi dalam karyanya kitab Al-Mi’raj Juz, 1, laman 75, menjelaskan satu masalah nan terus menerus disampaikan oleh sebagian orang bahwa waliyullah dapat bermi’raj dengan karomahnya, seperti nan dialami oleh Syekh Abu Yazid Al-Busthami alias nan lainnya.

Kemudian Imam Al-Qusyairi menjelaskan, adapun mi’jraj dengan badan alias fisiknya itu sepertinya tidak bakal terjadi kepada para waliyullah, sepertinya tidak ada  berita alias penjelasan dari satu ustadz nan menjelaskan perihal itu. Akibat para ustadz telah menyepakati bahwa nan mi’raj dengan badan dan ruhnya adalah  Nabi pilihan yaitu, Nabi Muhammad SAW.

Penjelasan Imam Al-Qusyairi di atas diperkuat oleh penjelasan Ibnu Arabi dalam karyanya Al-Futuhat Al-Makkiyah Juz, 5, laman 80. Beliau menegaskan: 

واعلم أن معارج الأولياء بالهمم وشاركهم الأنبياء في هذا المعراج من كونهم أولياء ومن كونهم أنبياء ولا رسلاً، فيعرج الولي بهمته وبصيرته على براق عمله ورفرف صدقه معراجاً معنوياً يناله فيه ما يعطيه خواص الهمم من مراتب الولاية والتشريف

Artinya: Ketahuilah bahwasanya mi’rajnya para wali itu dengan himmah (kesungguhannya), mi’raj inipun juga dialami oleh para Nabi, statusnya sebagai wali, bukan dengan standing sebagai Nabi maupun Rasul, maka para wali tersebut mi’raj dengan himmah (kesungguhannya) dan bashirahnya (mata batinnya) diatas buraq (kendaraan) amalnya, dan permadani kesungguhannya, dengan mi’raj secara maknawi si-wali tersebut dalam mi’rajnya dapatkan pemberian nan berupa himmah unik dari beragam tingkatan kewalian dan kemuliaan.

Ulama sufi sepertinya tidak mengingkari mi’raj nan dialami oleh para waliyullah. Contohnya, di saat mereka tertidur, mereka mengetahui beragam keajaiban, seperti nan dialami oleh Syekh Ahmad At-Thabrani al-Sarkhasi. Beliau menyatakan:

كنت أرى في ابتداء إرادتي في المنام كل ليلة سنة كاملة أني أرفع إلى السماء، وكنت أرى العجائب فى النوم 

Artinya: Aku telah bermimpi pada permulaan iradahku (keinginanku) setiap malam setahun penuh bahwasanya saya diangkat ke langit, dan saya memandang beberapa perkara ajaib (yang mengagumkan) dalam mimpi.

Dari pemaparan di atas bisa disimpulkan bahwa para waliyullah juga dapat mi’raj dengan ruhnya saja di saat mereka merasakan kefanaan, dengan begitu mereka mengetahui beragam keajaiban. Demikian penjelasan tentang mi’raj nan dialami oleh para waliyullah semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bissawab.




Sumber:
Source link

Artikel Referensi