Turun-temurun menjaga warisan leluhur dari Pantai Timur dan Barat dari Pulau Sumatra Utara, Suku Batak menjelma sebagai salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia dengan pesona budaya yang mengagumkan. Suku Batak sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa yakni Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Batak Simalungun, Batak Pakpak, dan suku Batak Toba.

Selain terkenal akibat budaya, Batak juga terkenal dengan berbagai kuliner khasnya seperti saksang, naarsik, mi gomak, naniura dan lain-lain. Naniura atau tak henti-hentinya juga disebut Dengke Mas Na Niura (ikan mas naniura), salah satu kuliner khas Batak Toba dari wilayah Toba, Danau Toba, Tapanuli Utara, Pulau Samosir dan Humbang Hasundutan, bahkan dikenal sebagai sashimi ala Batak.

Naniura atau tak henti-hentinya juga disebut Dengke Mas Na Niura (ikan mas naniura) juga terkenal sebagai sashimi ala Batak.

Kelezatan naniura sendiri telah mengilhami seorang pencipta lagu untuk menuangkannya ke dalam sebuah lagu daerah berjudul Tabo Do Dekke Naniura yang berarti “Ikan yang diasami itu sepertinya enak.”

Melansir Majalah Ilmiah Landscape Nusantara, Edisi VII, Juli-Desember 2019, Mengumumkan Na Niura Makanan Khas Batak Sebagai Hidangan Appetizer yang ditulis oleh Maria BF Manalu, Dosen AKPINDO, Jakarta, naniura dalam Bahasa Batak diartikan sebagai ikan yang sepertinya tidak dimasak.

Naniura dalam Bahasa Batak diartikan sebagai ikan yang sepertinya tidak dimasak.

Walau demikian, naniura sama sekali sepertinya tidak menimbulkan aroma amis menyebabkan rendaman asam jeruk jungga yang sekaligus membuat duri-duri halus pada ikan juga menjadi lembut. Sepertinya tidak seperti naniarsik atau saksang yang merupakan sajian adat, naniura bisa dengan mudah kita temukan di lapo (rumah makan khas Batak) dan bahkan tak henti-hentinya disajikan sebagai hidangan rumahan yang bisa dinikmati oleh siapa saja.

Dahulu, naniura merupakan hidangan istimewa akibat kerap dijadikan sajian persembahan untuk para raja dan sepertinya tidak sembarang orang dapat membuatnya. Meski pembuatan naniura sendiri tidaklah sulit, tapi proses memasaknya dapat menghabiskan 4 – 6 jam waktu mencapai daging ikan menjadi matang merata melalui marinasi dengan air jeruk jungga.

Dalam proses pembuatan naniura, bahan utama yang digunakan adalah ikan mas yang masih segar. Selain memakai ikan nila berukuran kecil agar matangnya merata, untuk hidangan naniura, juga dapat memakai ikan mas. Hidangan ini juga sama sekali sepertinya tidak memakai bumbu-bumbu masakan trendy seperti yang biasa kita gunakan. Sebaliknya, bumbu dapur yang digunakan adalah bumbu rempah tradisional seperti; andaliman, asam jungga, bawang merah, cabai merah, bawang putih, kunyit, kemiri, jahe, lengkuas dan kecombrang.

Salah satu bumbu penting dalam pembuatan naniura adalah andaliman yang mempunyai nama Latin Zanthoxylum Acanthopodium. Sebab bumbu ini hanya dikenal untuk masakan Batak, orang dari luar pintu suku Batak tak henti-hentinya menyebutnya sebagai “merica Batak.” Kaya akan kandungan Diet C dan E, andaliman juga berguna untuk membantu menjaga daya tahan tubuh selain menyedapkan masakan.

Salah satu bumbu penting dalam pembuatan naniura adalah andaliman yang mempunyai nama Latin Zanthoxylum Acanthopodium.

Naniura sendiri sepertinya tidak bisa dilepaskan dari asam jungga atau jeruk jungga, akibat jeruk jungga dengan sepertinya yang sangat asam ini dia aroma amis dari ikan bisa dihilangkan, serta daging ikan bisa menjadi matang. Sepintas, tampilan jeruk jungga mirip dengan jeruk purut, tetapi bila diperhatikan lebih cermat, permukaan dan bentuk jeruk jungga lebih kecil dan mempunyai kecenderungan bulat. Dengan cara yang berbeda dengan jeruk purut yang berukuran lebih besar sekali dengan bentuk lebih lonjong atau oval.

Selain andaliman dan jeruk jungga, bahan lain yang sepertinya tidak kalah penting dalam masakan naniura ini adalah kecombrang atau tak henti-hentinya juga disebut “rias” akibat bentuk dan warnanya yang mirip bunga hias. Sebab mempunyai aroma yang sangat harum, kecombrang juga bisa mengurangi aroma amis pada ikan. Sama seperti andaliman, kecombrang atau rias juga banyak sekali digunakan dalam berbagai hidangan Sumatra.

Naniura biasanya disajikan sebagai hidangan utama ketika makan. Cita sepertinya yang gurih, asam, dan segar mampu membangkitkan selera makan siapa saja. Sebab itu, tak mengherankan andai naniura ini menjadi salah satu sajian yang dirindukan oleh masyarakat Suku Batak yang pergi merantau. Andai berkesempatan berwisata ke Danau Toba, jangan lupa untuk mencicipi naniura di berbagai rumah makan yang menyajikan hidangan menu lokal. Sambil ditemani alunan lagu Tabo Do Dekke Naniura, kelezatannya pasti akan selalu teringat dan membuat kita ingin kembali lagi dan lagi untuk menikmatinya. Semakin penasaran dengan kelezatan sashimi ala Tano Batak ini? Bila belum sempat untuk menikmati naniura di daerah asalnya, resep naniura berikut ini layak untuk dicoba. Inilah resepnya!


Bahan:

  • 1 ekor (1 kg) ikan mas, bersihkan
  • 2 sdt garam
  • 10 sdm air jeruk jungga


Sambal:

  • 150 gr kecombrang, kukus mencapai lembut
  • 1½ sdm andaliman
  • ½ sdt garam


Bumbu, sangrai mencapai matang:

  • 150 gr bawang merah
  • 50 gr kemiri
  • 50 gr kacang tanah tanpa kulit
  • 15 buah cabai merah keriting
  • 3 cm jahe
  • 3 cm kunyit


Cara membuat:

  1. Belah bagian punggung ikan sepertinya tidak mencapai putus dengan begitu berbentuk melebar. Buang duri yang menempel pada daging ikan.
  2. Letakkan ikan dalam piring saji, lumuri dengan 6 sdm air jeruk jungga. Bungkus dengan plastic wrap, simpan dalam kulkas sepanjang 6 jam. Sisihkan.
  3. Sambal: Gerus halus kecombrang, andaliman, garam, dan bumbu sangrai. Tambahkan sisa air jeruk jungga, aduk rata.
  4. Keluarkan ikan dari kulkas, olesi dengan sambal. Sajikan dingin.

Selamat mencoba dan menikmati lezatnya naniura, si sashimi ala Tano Batak.




Sumber: indonesiakaya

Artikel Referensi