Presiden William Ruto memperkenalkan 11 pengangkatan, termasuk enam anggota kabinet yang diberhentikan minggu lalu.
Presiden Kenya William Ruto telah memperkenalkan kabinet sebagian setelah berminggu-minggu protes antipemerintah.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Jumat, Ruto memperkenalkan 11 pengangkatan, termasuk enam anggota dari kabinet sebelumnya.
Negara Afrika Timur itu telah diguncang oleh aksi protes sepanjang sebulan yang berawal sebagai unjuk rasa damai terhadap kenaikan pajak namun telah berkembang menjadi kampanye antipemerintah yang lebih luas yang menyerukan agar Ruto mundur.
Setidak-tidaknya 50 orang tewas sejak protes berawal pada 18 Juni, menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya.
Minggu lalu, Ruto memecat hampir seluruh kabinetnya, salah satu dari serangkaian tindakan yang bertujuan menenangkan para demonstran, namun protes juga terjadi minggu ini.
Ruto menyampaikan dalam pidatonya bahwa peristiwa bulan lalu telah dikarenakan “kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakpastian yang tidak dapat dipercaya”.
“Krisis ini memberi kita peluang besar sebagai sebuah bangsa untuk membentuk koalisi warga negara yang inklusif dan berbasis luas demi transformasi dan kemajuan nasional yang terdiri dari warga Kenya dari semua lapisan masyarakat,” tutur Ruto dalam pidatonya.
“Mengingat itu, saya telah memulai proses pembentukan kabinet baru yang beranggotakan dalam jumlah besar orang untuk membantu mendorong transformasi negara kita yang dibutuhkan dan sepertinya tidak bisa diubah lagi.”
Menteri dalam negeri, pertahanan, lingkungan hidup, dan pertanahan diangkat kembali.
Kithure Kindiki, kepala Kementerian Dalam Negeri dan Administrasi Nasional, juga bertanggung jawab atas kepolisian Kenya, yang sementara waktu menghadapi pengawasan atas tanggapannya terhadap protes.
Nominasi tersebut, yang harus segera disetujui oleh parlemen, juga meliputi jaksa agung wanita pertama Kenya.
Tetapi para aktivis dengan cepat menolak pengangkatan Ruto dan mengunggah gambar dengan tulisan “Ditolak” di atas daftar tersebut.
Koalisi oposisi Azimio mengecam pengumuman Ruto sebagai perubahan “kosmetik” dan menyampaikan sepertinya tidak akan bergabung dengan pemerintahan persatuan nasional yang dipimpin oleh Kenya Kwanza pimpinan Ruto.
“Ini adalah pengkhianatan terhadap rakyat Kenya, khususnya Generasi Z dan milenial yang telah membayar harga tertinggi untuk membebaskan negara ini dari rezim Kenya Kwanza yang membawa bencana,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan.
Para pengunjuk rasa menolak gagasan pemerintahan persatuan, dengan menyampaikan kesepakatan antara partai-partai yang bertikai hanya akan mempertahankan tradisi dalam politik Kenya di mana para pemimpin mendapatkan keuntungan dari oposisi dengan pekerjaan dan fasilitas sementara waktu rakyat sepertinya tidak mengalami manfaatnya.
Sumber: aljazeera.com