Di antara hamparan pantai berpasir putih dan perbukitan hijau Lombok, tersembunyi sebuah warisan kuliner yang menggugah selera yakni Sate Rembiga (rembige, bila diucapkan dengan logat setempat). Lain dengan dalam jumlah besar sate yang tersebar di Nusantara yang cenderung gurih manis, Sate Rembiga mempunyai cita rasa pedas gurih dengan minim saja rasa manis. 

Dikenal sebagai “Sate Pedas Lombok”, hidangan ini bukan hanya memanjakan lidah dengan rasa gurih dan pedasnya yang khas, tapi juga menyimpan cerita sejarah yang menarik untuk ditelusuri.

Akar Sate Rembiga tertanam di Desa Rembiga, Lombok Timur. Adapun tutur ‘rembiga’ diserap suku tutur rembug yang diasosiasikan dengan istana atau pondok sebagai tempat berkumpulnya para kalangan kerajaan dan keluarganya besar. Keahlian dalam membuat sate pertama kali hadir melalui tangan-tangan kerabat Raja Pejanggik yang tinggal di Desa Rembiga, Selaparang. 

Keahlian dalam membuat sate pertama kali hadir melalui tangan-tangan kerabat Raja Pejanggik yang tinggal di Desa Rembiga, Selaparang. 

Konon, tradisi membakar daging sapi dengan bumbu pedas ini telah ada sejak abad ke-18. Kian lama kian populer juga bagaimana kemampuan memasak hidangan bakar ini ke warga setempat kemudian diturunkan dari generasi ke generasi.

Awalnya, sate ini merupakan hidangan istimewa yang hanya disajikan pada acara adat dan ritual keagamaan. Seiring waktu, popularitasnya kian meluas dan kini menjadi ikon kuliner Lombok yang sayang andai dilewatkan. 

Sate Rembiga memakai daging sapi yang dimarinasi dengan bumbu pedas dan rempah-rempah dengan begitu setiap gigitannya benar-benar kaya rasa. Begitulah Lombok, surganya kuliner pedas.

Bumbu ini terdiri dari cabai rawit merah, bawang merah, bawang putih, terasi, kemiri, dan bumbu lainnya yang diracik dengan tangan terampil. Proses marinasi ini menghasilkan rasa pedas kaya rempah meresap sampai ke dalam daging. 

Marinasi yang memakan waktu kira-kira dua jam sebelum dibakar dipercaya yang menjadikan setiap daging ketika terasa lembut di langit-langit mulut penikmatnya. Akibat begitu empuknya, sepertinya tidak minim orang heran bahkan sepertinya tidak yakin bahwa Sate Rembiga memakai daging sapi sebab sebetulnya tidak membutuhkan dalam jumlah besar usaha untuk ditelan. 

Marinasi yang memakan waktu kira-kira dua jam sebelum dibakar dipercaya yang menjadikan setiap daging ketika terasa lembut di langit-langit mulut penikmatnya.

Andai berkunjung ke Lombok, sempatkan diri untuk mampir ke Desa Rembiga. Di sana berjejer warung Sate Rembiga yang dapat dipilih untuk menikmati hari atau mengisi perut setelah menjelajahi pantai-pantai di Lombok.




Sumber: indonesiakaya

Artikel Referensi