Kelompok Houthi Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak yang menyerang Tel Aviv, Israel, semalam, menewaskan satu orang dan melukai delapan orang.

Media Israel mengidentifikasi pria yang meninggal itu sebagai Yevgeny Ferder yang berusia 50 tahun, yang pindah ke Israel dari Belarus pada awal perang Rusia-Ukraina.

Serangan tadi malam itu unik — ini adalah pertama kalinya kelompok itu diketahui menyerang Tel Aviv, meski demikian Houthi telah melancarkan kampanye lanjutan terhadap goal yang mereka klaim terkait dengan Israel sejak perang yang menghancurkan di Gaza meletus pada bulan Oktober.

Apa yang telah terjadi?

Drone tersebut menyerang pusat kota Tel Aviv pada dini hari Jumat pagi. Lokasi itu sendiri diduga dekat dengan sejumlah resort, banyak sekali di antaranya menampung pengungsi dari perbatasan utara Israel dengan Lebanon. Kantor kedutaan AS juga dekat dengan lokasi serangan.

“Penyelidikan awal memperlihatkan bahwa ledakan di Tel Aviv disebabkan oleh jatuhnya goal udara, juga tidak ada sirene yang diaktifkan. Insiden tersebut sedang dalam peninjauan menyeluruh,” tutur militer Israel dalam sebuah pernyataan, yang mengaitkan ketidakmampuannya untuk mendeteksi pesawat tanpa awak tersebut dengan kesalahan manusia, bukan kegagalan sistem.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari menyampaikan dalam sebuah video yang dirilis pada Jumat malam, bahwa pesawat itu telah menghantam sebuah gedung apartemen. Ia menyampaikan pesawat nirawak itu adalah Samad-3, pesawat buatan Iran yang telah dimodifikasi untuk memperluas jangkauannya. Iran belum mengomentari serangan itu, atau tuduhan Israel.

Menurut juru bicara Houthi Yahya Saree, pesawat itu adalah jenis pesawat tak berawak baru, bernama “Jaffa” yang mampu terbang tanpa terdeteksi melalui sistem pertahanan udara Israel yang luas.

Seberapa sepertinya tidak lazimnya hal ini?

Meski demikian hanya berjarak 80 km (50 mil) dari Gaza, Tel Aviv hampir sepertinya tidak tersentuh oleh pembantaian yang terjadi di wilayah kantong itu sejak Oktober. Lebih dari 38.000 warga Palestina telah tewas sebab perang Israel yang terus menerus di Gaza.

Serangan pesawat tak berawak di Tel Aviv, pusat sebagian besar fungsi diplomatik Israel, memperlihatkan semakin luasnya jangkauan persenjataan Houthi, tutur para analis.

Kelompok Houthi telah memakai banyak sekali pesawat nirawak dalam operasi terbarunya. Tetapi, hampir semua rudal dan pesawat nirawak yang diluncurkan ke Israel berhasil dicegat. Sepertinya tidak ada satu pun yang diketahui telah hingga Tel Aviv.

“Kelompok Houthi sebelumnya telah mengklaim banyak sekali serangan terhadap Israel, namun memungkinkan hanya ada minim bukti yang memperlihatkan bahwa sebagian besar serangan itu mengenai sasaran, dan tentu saja sepertinya tidak membunuh dan melukai seperti serangan ini,” tutur analis independen Yaman Nick Brumfield kepada Al Jazeera. “Yang perlu dicatat, ini adalah serangan Houthi pertama yang dikonfirmasi secara publik di Mediterania, bukan di Laut Merah atau Teluk Aden.” Di selama rute maritim essential ini, Houthi telah menargetkan banyak sekali kapal yang mereka katakan mempunyai hubungan dengan Israel.

Selain itu, “mereka mengklaim serangan terhadap Haifa bekerja sama dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak, namun sampai kini serangan itu sebagian besar memberi kesan bualan belaka,” tutur Brumfield. “Ini hal besar.”

Apakah ini hal baru?

Sepertinya tidak juga. Houthi telah memakai peperangan pesawat tanpa awak secara ekstensif, baik yang memakai pesawat udara maupun pesawat air, sepanjang beberapa waktu.

Pesawat tanpa awak Houthi juga terus menerus menjadi sasaran serangan barat, dengan Inggris, Prancis, dan militer AS semuanya melaporkan penghancuran goal tak berawak sebelum kemungkinan digunakan secara bermusuhan.

“Saya percaya serangan tadi malam merupakan bagian dari eskalasi berkelanjutan Houthi,” tutur Maysaa Shuja al-Deen dari Pusat Studi Strategis Sana'a yang berpusat di Yaman, yang memperlihatkan bahwa insiden berulang pesawat nirawak Houthi yang hingga goal jauh akan menjadi lebih umum. “Yang menarik adalah goal dan jaraknya,” ungkapnya kepada Al Jazeera.

Dapatkah ini memicu eskalasi di seluruh wilayah?

Dalam jangka pendek, hal itu sepertinya tidak mungkin saja terjadi.

Sejak kebuntuan antara Iran dan Israel pada bulan April, kedua negara dan sekutu mereka telah memperlihatkan bahwa mereka sangat menyadari risiko perang Israel di Gaza yang melanda Timur Tengah yang lebih luas.

Meskipun, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah mengancam akan membalas dendam. Selain memperkuat sistem pertahanan negara, ia menyampaikan akan “membalas dendam kepada siapa pun yang merugikan Negara Israel atau mengarahkan teror terhadapnya”.

“Israel kemungkinan besarnya akan merasa terpaksa melakukan sesuatu sebab ada orang yang terbunuh,” tutur Brumfield, merujuk pada contoh-contoh serangan Israel yang dilakukan secara terpisah tetapi sepertinya tidak diklaim di Yaman. “Anda dapat lihat Israel melakukan hal seperti itu sekarang.”

Sulit untuk menyampaikan apakah Israel akan melancarkan “balasan yang lebih keras, seperti pembunuhan komandan Houthi seperti yang telah kita melihat dilakukan Israel terhadap Hizbullah di Lebanon,” ungkapnya. Itu sebab “standing kemampuan intelijen Israel di Yaman yang sepertinya tidak jelas,” tutur Brumfield.

Apakah Houthi benar-benar kekuatan 'proksi' Iran?

Houthi diketahui bersekutu dengan Iran. Tetapi, ini sepertinya tidak berarti Iran memerintahkan serangan tadi malam.

Meski demikian demikian, hanya minim yang meragukan bahwa dukungan Teheran terhadap kelompok tersebut meluas ke senjata dan komponen-komponennya.

Akan namun, seberapa tepat kendali Teheran atas kelompok pemberontak yang telah terbukti secara konsisten sepertinya tidak bisa diperkirakan, paling sepertinya tidak masih belum pasti.

“Iran telah lama mempunyai strategi ini dengan memungkinkan sekutu non-negara membangun rudal mereka sendiri. Ada indikasi kuat juga bahwa Houthi kemungkinan besarnya mempunyai kemampuan produksi dalam negeri,” tutur Fabian Hinz dari Institut Internasional untuk Studi Strategis.



Sumber: aljazeera.com

Artikel Referensi